Sedikit cerita tentang Pundhen Udan Angin yang lokasi petilasannya ada di sebelah selatan Purbalingga Food Center, Purbalingga Kidul
.
Pundhen Udan Angin berkaitan erat dengan Pundhen Brambang Jahe. Pundhen Brambang Jahe ada di utara GOR Goentoer Darjono, sementara Pundhen Udan Angin di sebelah Selatan GOR Goentoer Darjono. Adapun cerita Pundhen Brambang Jahe sudah terceritakan di website ini dengan judul Pundhen Brambang Jahe
.
Diceritakan Ki Dalang Timbang yang sakit perut dalam perjalan pulang ke rumahnya di Timbang, namun setelah di rawat dengan diolesi brambang-jahe, sakitnya dirasa sembuh. Tempat Ki Dalang Timbang dirawat menggunakan brambang jahe tersebut, kini lokasinya menjadi Pundhen Brambang Jahe.
.
Setelah Ki Dalang Timbang dirasa lebih nyaman maka berdua dengan istrinya, meneruskan perjalanannya menuju ke rumahnya di Desa Timbang. Namun karena gelapnya malam Ki Dalang Timbang jalannya sedikit tersesat, tidak langsung menuju arah yang benar, sehingga menyusuri tempat-tempat yang tidak biasa dilewati, keduanya hanya mengikuti sekitar jalur aliran sungai di sebelahnya..
.
Ternyata di dalam perjalanan yang baru menempuh jarak sekitar 300 meter, hujan deras disertai angin ribut, bertiup menakutkan membelah arena. Dengan terpaksa Ki Dalang Timbang dan istrinya harus berteduh, kebetulan di dekatnya ada pohon Waru Watang yang tidak begitu besar, di bawah pohon waru yang daunnya lebar itulah Ki Dalang Timbang dan istrinya berteduh.
.
Sejenak kemudian Ki Dalang Timbang dan istrinya pun berdoa ke Hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, konon salah satu diantaranya adalah dengan membaca Al-Fatihah tujuh kali, dengan disertai permohonan agar hujan angin yang begitu hebat segera berhenti.
.
Demikianlah sekitar 20 menit kemudian, hujan angin pun berhenti, Ki Dalang Timbang dan istrinya meneruskan perjalanan menuju pemukiman yang sebenarnya yaitu Desa Timbang.
.
Tempat di mana Ki Dalang Timbang dan istrinya berteduh di bawah pohon waru watang, saat hujan lebat disertai angin ribut itulah yang kemudian, lokasinya, dijadikan sebagai sebuah pundhen, tempat yang dipundhi-pundhi, dihormati keberadaannya, diberi nama Pundhen Udan Angin.
.
Seiring dengan waktu ternyata keberadaan Pundhen Udan Angin di Purbalingga Kidul itu, tertangkap secara irasional oleh orang-orang yang justru berada di luar wilayah Purbalingga.
Maka tidak heran jika pada saat-saat tertentu, di lokasi Pundhen Udan Angin datang orang-orang luar Purbalingga untuk melakukan ziarah. Mereka meyakini bahwa tempat tersebut adalah tempat yang dapat menjadi perantara terkabulnya sebuah permohonan, tempat untuk memberi penghormatan terhadap para leluhur yang telah berhasil berkomunikasi dengan mereka.
.
Dari yang pernah disampaikan oleh beberapa orang di sekitar Pundhen Udan Angin, mereka, orang-orang dari luar wilayah Purbalingga, datang ke lokasi Pundhen Udan Angin untuk melakukan semacam dzikir, ada pula yang membaca ayat-ayat dari Al Qur’an.
Ada pula yang membagikan makanan ke warga sekitar, layaknya orang melakukan tradisi syukuran. Barangkali mereka bersyukur karena permohonannya terkabul, terkabul dengan perantaraan penghuni Pundhen Udan Angin, atau mungkin wujud puja-puji mereka kepada kedalaman isi yang ada di Pundhen Udan Angin
.
Demikianlah sedikit cerita tentang Pundhen Udan Angin, yang jika dilihat secara nyata, begitu sederhananya, hanya terdiri dari tanah rata dengan dua buah batu yang diatur seperti sepasang nisan. Namun untuk individu yang meyakininya, lokasi tersebut adalah tempat yang dinilainya sebagai tempat yang istimewa.
.
Sebuah cerita tutur cinatur, artinya sebuah cerita yang diambil dari masyarakat, kemudian dicerita-ceritakan kembali agar yang belum mendengar, belum tahu, berkenan untuk menjadi tahu, mengetahui namun tanpa harus meyakininya.
.
Semoga bermanfaat
Salam
Toto Endargo
.