Demit Cantik di Stadion Wasesa, – Pembatalan Transaksi Sepihak

Maksud tulisan ini adalah untuk meneruskan cerita kemarin, tentang dhemit cantik Stadion Wasesa. Kini, menceritakan bahwa dia melakukan pembatalan transaksi secara sepihak.

Pagar Mlandingan

Jaman dulu stadion ini, tampak tidak terawat secara serius. Pembatasnya hanya gundukan tanah, pagarnya pohon mlandingan, tetapi itu pun tidak berkeliling penuh.

Pohon mlandingan, hanya di barat dan timur. Sebelah utara dan selatan, tanpa tanaman pagar. Stadion yang luasnya sekitar empat hektar itu, diberi dana lima juta rupiah, setara dengan500 juta, uang sekarang, gunanya untuk mempercantik stadion. Namun dana tersebut ternyata hanya untuk membuat parit.

Parit Keliling

Menggali dan menyemen parit yang lebarnya tiga puluh centimeter, dibuat mengelilingi lapangan. Parit pembuangannya, hanya sedikit lebih rendah dari lapangan utama, maka saat hujan genangan air tetap terjadi di mayoritas lapangan.

Dua minggu setelahnya, rumput liar sudah tumbuh kembali, menutupi parit dan lapangan. Kondisi stadion yang begitu itu, menjadi tidak layak untuk menggelar kompetisi

Lapangan Desa

Maka ketika PSSI menggelar kompetisi, tidak digelar di stadion, justru menggunakan lapangan desa yang dinilainya lebih layak pakai dibanding stadion milik pemda. Dahulu!

Stadion yang harusnya menjadi kebanggaan Kabupaten Purbalingga, akhirnya hanya layak untuk menggelar pacuan kuda. Dan yang betah menghuni stadion itu, salah satunya, adalah wanita cantik yang misterius.

Mas Bandreng

Dikisahkan seorang pemuda sebut saja namanya Mas Bandreng, rumahnya di desa yang dekat dengan stadion. Mas Bandreng itu cukup bandel, suka keluar malam dan sering bercengkrama dengan PSK.

Malam itu, Mas Bandreng tidak sadar bahwa malam Jumat Kliwon. Dia kembali iseng pergi keluar malam. Tujuannya jelas, untuk sekedar bersenda gurau dengan wanita yang ada di terminal Purbalingga, saat itu.

Cantik dan Ramah

Dan malam itu, Mas Bandreng merasa mendapatkan keberuntungan, di terminal dia ditemui oleh seorang wanita cantik yang ramah. Perkiraannya, dia adalah dari luar wilayah atau mungkin PSK yang jam terbangnya masih sedikit.

Wanita itu, dengan rambut tergerai, memakai kain kebaya ketat dan berkain batik. Walau dandanannya agak kuno tapi tetap memikat. Parfumnya, aliran tradisional, aroma bunga yang khas Jawa. Tampilan sang wanita ini, sungguh menarik hati Mas Bandreng.

Transaksi

Maka walaupun awalnya tidak berniat untuk bertransaksi, malam itu, tetap saja terjadi tawar menawar. Ada emosi yang semakin mbandreng. Terjadilah. Ada kesepakatan antara keduanya, tentang harga dan jasa khusus.

Syarat yang diajukan wanita cukup sederhana. Mas Bandreng akan dilayani di dalam stadion, karena, katanya, suasana di stadion lebih bebas dibandingkan di tempat yang lain. Begitulah!

Kusut Masai

Mas Bandreng bagaikan terbius hebat, manut miturut dengan apa yang diinginkan si wanita. Wajah lembut si wanita, menurutnya mampu mengalahkan redup sendunya sinar bulan. Keduanya bergandengan, menuju stadion.

Demikianlah, pintu gerbang stadion menjadi saksi menit-menit asyik, antara dua insan beda jenis. Menurut Mas Bandreng ini adalah pengalaman yang luar biasa. Hingga pada akhirnya laki-laki ini, menyelesaikan aktivitasnya dengan kondisi kusut masai.

Menolak

Sesuai persetujuan, maka segera Mas Bandreng merogoh dompetnya, mengeluarkan lembaran rupiah. Namun bersamaan dengan bau kembang yang menyengat hidungnya, ada situasi asing yang mengganggunya. Desir dingin dirasakannya.

Dan ketika uang diberikan, si wanita menggelengkan kepalanya, tidak mau menerima. Pembatalan transaksi secara sepihak. Dan seketika itu, plas, wanita cantik itu hilang dari pandangan, hilang persis di depan Mas Bandreng. Hah!

Khawatir

Sadar apa yang terjadi Mas Bandreng segera ngibrit pulang. Rasa penasaran dan ketakutan. Khawatir terjadi sesuatu. Dua jam kemudian, Mas Bandreng merasa bahwa perutnya menjadi semakin membesar, diiringi rasa sakit yang meningkat.

Rasa khawatir itulah yang mendorongnya di pagi hari, harus berterus terang kepada keluarganya. Bercerita apa yang terjadi tadi malam. Melakukannya dengan wanita cantik, misterius di Stadion Wasesa.

Tak ada upaya medis maupun mistis yang mampu meredam derita Mas Bandreng. Keluarganya kemudian pasrah. Dan akhirnya di sore harinya Mas Bandreng dinyatakan telah menghembuskan nafas terakhirnya. Rasa miris mengiris setiap hati yang memahami penyebabnya.

Pandai-pandainya keluarga untuk menutupi dan meredam cerita. Perilaku Mas Bandreng di malam Jumat Kliwon itu, cukup terjaga. Sehingga yang menjadi berita adalah Mas Bandreng meninggal karena sakit mendadak.

Ketika peristiwa yang sebenarnya mulai terkuak, menjadikan suasana Stadion Wasesa semakin wingit. Menjadi tempat yang harus diperhitungkan, untuk tidak sembarangan mengumbar libido.

Begitulah cuplikan cerita Mas Bandreng, yang konon, terjadi lima bulan sebelum peristiwa yang menimpa Pak Pikat dari dusun Planjan, Selabaya.

Demit cantik Stadion Wasesa, minimal telah merenggut dua korban, dengan cara yang sama.

===
Demikianlah sekedar cerita tutur cinatur tentang dhemit cantik di Stadion Wasesa, jaman dahulu.

Cerita ini sekedar dipungut dari cerita masyarakat, diceritakan kembali agar yang belum tahu, berkenan untuk menjadi tahu, dengan tanpa harus meyakininya.
.
Semoga bermanfaat
Salam
.
Toto Endargo
.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *