Sebuah cerita bagian dari apa yang pernah dikisahkan oleh Raden Aria Wirjaatmadja, tokoh Bank Rakyat Indonesia yang dari Purwokerto itu, tentang tragedi yang menimpa tiga orang adipati, dari tiga Kadipaten, yaitu: Cipaku, Penisihan dan Purbadana.
Tiga Sahabat
Diceritakan, bahwa pada zaman dahulu ada tiga kadipaten yang saling bersahabat, yaitu Kadipaten Cipaku, Kadipaten Penisihan dan Kadipaten Purbadana.
Sebenarnya pada saat itu, ada juga Kadipaten Onje, namun Kadipaten Onje tidak tersebutkan, rupanya karena kadipaten ini tidak akrab dengan ketiga kadipaten di atas.
Suatu hari ketiga adipati yang akrab itu, ingin berwisata bersama sambil bersilaturahmi. Maka dipilihlah Curug Penisihan sebagai tempat tujuan, dan sebagai tuan rumahnya Adipati Penisihan.
Curug Penisihan
Curug Penisihan berada di wilayah Desa Palumbungan, Kecamatan Bobotsari, memiliki tinggi curug sekitar 10 meter, dengan kolam berdiameter sekitar 30 meter. Air terjun menghujam tegak ke dalam kolam yang berwarna biru kehijauan, pertanda bahwa kolam air ini cukup dalam.
Buih dan embun dari derasnya air bertebaran, menjadi pemandangan yang indah dan memukau bagi para pengunjungnya.
Alkisah ketiga adipati itu sudah bertemu di Kadipaten Penisihan. Bersilaturahmi, sedikit pesta dan saling mendoakan agar semuanya sehat sejahtera. Agenda utama berikutnya adalah wisata alam dengan mengunjungi Curug Penisihan.
Adipati Cipaku Wafat
Namun tiba-tiba saja Adipati Cipaku merasa tidak enak badan, merasa sakit. Sehingga tidak ikut ke Curug Penisihan. Terpaksa berpamitan, dan bersama istrinya bermaksud secepatnya pulang ke Cipaku.
Namun dalam perjalanannya, ketika sampai di desa Dagan penderitaan Adipati Cipaku sudah tidak tertahankan. Berhentilah rombongan Adipati Cipaku di Desa Dagan.
Dan di desa Dagan itulah Adipati Cipaku menghembuskan nafas terakhirnya. Sejak saat itu pula berakhirlah kejayaan Kadipaten Cipaku.
Sungai Klawing
Sementara itu, saat Adipati Cipaku wafat, Adipati Penisihan dan Adipati Purbadana beserta istri masing-masing sedang bercengkrama bahagia di Curug Penisihan.
Curug Penisihan itu sebenarnya adalah bagian dari aliran Sungai Klawing, sungai terbesar di wilayah Kabupaten Purbalingga.
Bahayanya curug di aliran sungai, adalah, jika ada banjir di atas curug, orang-orang di bawah curug sulit untuk tahu dan sadar dengan cepat, apa yang sedang terjadi di atas. Demikianlah musibah dari situasi tersebut pun terjadi.
Tergulung Banjir
Ternyata saat Adipati Penisihan dengan istrinya Nyai Lumbansari, dan Adipati Purbadana dengan istrinya yang bernama Nyai Linggasari, asyik bercengkrama di tengah kolam curug, tiba-tiba datang air bah dari Sungai Klawing yang banjir.
Keempatnya tergulung pusaran air terjun yang dahsyat. Keempatnya pun tewas mengenaskan, ditelan derasnya air terjun.
Begitulah, Kadipaten Penisihan pun kehilangan tokoh yang sangat dimuliakan oleh masyarakat setempat. Juga Kadipaten Purbadana, kehilangan penguasa yang menjadi panutan bersama istrinya.
Pamali Penisihan
Dari peristiwa tersebut, kemudian muncul sebuah pamali, larangan bagi penduduk setempat.
Tidak boleh membunuh ataupun menyakiti hewan, terutama burung dan ikan di sekitar Curug Penisihan, karena diyakini, mereka adalah anak-anak, anak buah dan rakyat serta sahabat Adipati Penisihan dengan istrinya, di alamnya yang sekarang.
Tiga Kadipaten
Begitulah cerita tentang riwayat tiga adipati yang berakhir tragis.
(1) Adipati Cipaku adalah penguasa di Kadipaten Cipaku, wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Kecamatan Mrebet, Purbalingga.
(2) Adipati Penisihan adalah penguasa di Kadipaten Penisihan, wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Desa Palumbungan, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga.
(3) Adipati Purbadana adalah penguasa di Kadipaten Purbadana, wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Kecamatan Kembaran, Banyumas.
***
Demikianlah sekedar cerita tutur cinatur tentang tragedi yang menimpa tiga adipati. Cerita ini dipungut dari cerita masyarakat, diceritakan kembali agar masyarakat yang belum tahu, berkenan juga untuk menjadi tahu.
Semoga bermanfaat
Salam
.
Toto Endargo
.