Sepintas Cerita Tentang Perdikan Cahyana, Karangmoncol, Purbalingga (1) – Raden Liman Sujana

Sebelum Wirasaba dan Onje berdiri, apalagi Purbalingga, di Cahyana, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, telah berdiri pusat pemerintahan yang solid dan disegani.

Diperkirakan mulai dirintis sekitar tahun 1450, atau 559 tahun yang lalu. Jika pada tahun 2009 Purbalingga berusia 179 tahun maka selisihnya 380 tahun.

 

Raden Liman Sujana

Adalah seorang Putra Kerajaan Pajajaran yang bernama Raden Liman Sujana. Walau turunan raja, dengan tegas ia menolak untuk duduk di Kabinet Pajajaran Bersatu. Ia memperkirakan dengan pasti bahwa Pajajaran akan segera runtuh!

Pajajaran saat itu mengalami masa transisi karena masuknya Agama Islam.

Ia mengembara ke daerah Banten dan bertapa di bukit batu karang di bawah pohon jambu.

Di saat bertapa ternyata ada ajakan gaib, berupa cahaya, yang seperti menuntun jiwa dan raganya.

Raden Liman Sujana kemudian berjalan menyusuri pantai utara Pulau Jawa. Kira-kira sampai di daerah Tegal, ia membelok ke selatan.

Cahaya gaib menuntunnya terus untuk menuju ke selatan dan sampailah ke sebuah bukit yang bernama Bukit Munggul atau Gunung Munggul.

Dan di Gunung Munggul ini, ia melihat seseorang yang sedang naik (menek) pohon kelapa sambil menggendong seorang anak.

Indra kewaskitaannya terusik untuk mengenal sang pemanjat pohon.

Terungkaplah bahwa sang pemanjat pohon itu bernama Ki Kelun, rumahnya di desa Wanakasimpar, anak perempuan yang digendongnya bernama Rubiah.

Ki Kelun sayang sekali kepada Rubiah sehingga Rubiah digendongnya kemana-mana.

Cahaya gaib yang menuntun Raden Liman Sujana dirasakannya telah menghilang.

Menyadari hal tersebut beliau menetapkan diri untuk tinggal di desa Wanakasimpar, yang saat itu masih berupa hutan. Ia bertekad untuk membaktikan dirinya bagi lingkungan Gunung Munggul.

Anak Ki Kelun si Rubiah diambil sebagai anak angkat, namanya diperpanjang menjadi Rubiah Bhakti. Wanakasimpar pun berubah menjadi Cahyana, konon berasal dari kata “ana cahya, cahya ana”.

Keberadaan Raden Liman Sujana membuat Cahyana menjadi sebuah desa yang maju dan menarik orang untuk ikut bermukim di sana.

Cahyana berkembang layaknya sebuah kadipaten dengan Raden Liman Sujana sebagai pusatnya.

Banyak juga pendatang dari luar daerah. Salah seorang di antara mereka adalah orang keturunan Arab, bernama Rakhmat.

Dia berterus terang bahwa salah satu maksudnya datang ke Cahyana adalah untuk menyebarkan Agama Islam. Ia berniat agar Islam merata di Tanah Jawa.

Maksud tersebut menjadikan Raden  Liman Sujana tidak suka, ia adalah Putra Pajajaran yang menganut agama Hindu.

Raden Liman Sujana adalah tokoh panutan yang bisa menahan diri, sabar dan hati-hati dalam tindakannya.

Maka dengan caranya Raden Liman Sujana pun bicara, minta secara baik-baik untuk mencoba dan mengadu kesaktiannya dengan Rakhmat.

Diceritakan bahwa tiga hal yang menjadi tantangan yaitu: Mengitari gunung Slamet; Menata telur dan Melempar tutup kepala.

Hasil akhirnya, ia harus mengakui bahwa Rakhmat lebih sakti dibanding dirinya.

Ketika berlari mengitari gunung Slamet, kalah cepat. Telur yang ditata satu-satu setinggi langit diambil oleh Rahmat satu persatu dari bawah tidak runtuh. Tutup kepala (udheng) yang diterbangkan digulung oleh sorban Rahmat.

Setelah kemenangannya, kemudian Rakhmat memberi penjelasan tentang Agama Islam.

Raden Liman Sujana bersedia menjadi muslim, ia merasuk Agama Islam.
Sang anak angkat, Rubiah Bhakti, yang telah dewasa pun dinikahkan dengan Rakhmat. Rakhmat menjadi menantu Raden Liman Sujana.

Keberadaan dua tokoh ini menjadikan nama Cahyana semakin melambung sebagai wiyata mandala, tempat belajar Agama Islam, pesantren.

Rakhmat kemudian ingin memiliki tempat tinggal terpisah dengan mertuanya.

Ia meninggalkan Cahyana dan menetap di sebuah tempat yang diberi nama Rajawana –Wanakasimpar bergeser menjadi Rajawana, masih ada “wana”-nya–.

Saat itu secara regional nama Cahyana lebih menonjol daripada Rajawana.

Agama Islam pun berkembang pesat di daerah tersebut. Kedua tokoh pendatang ini terkenal dengan sebutan syekh, artinya orang yang ahli dalam hal pengetahuan Agama Islam.

Tata pemerintahan dijalankan sesuai dengan ajaran Islam. Tidak ada istilah adipati, patih, tumenggung, dan sebangsanya!

Nama Liman Sujana disesuaikan menjadi Imam Sujana, konon nama aslinya dari Pajajaran, bernama Raden Munding Wangi. Berdasarkan riwayat saat awal bertapa, ketika ia bertapa di atas batu karang di bawah pohon jambu, maka ia memilih gelar sebagai Syeh Jambu Karang.

Sang menantu angkat, tetap sesuai dengan gelar awalnya yaitu Syekh Wali Rakhmat namun dikenal juga dengan nama Syekh Atas Angin.

Pernikahan Syekh Wali Rakhmat dengan Rubiah Bhakti, menurunkan tiga putera dan dua orang puteri.

  1. Pangeran Makhdum Kusen, makamnya di Rajawana
  2. Pangeran Makhdum Madem, makamnya di Cirebon
  3. Pangeran Makhdun Umar, makamnya di Pulau Karimunjawa
  4. Nyai Rubiah Razak, makamnya di Ragasela, Pekalongan
  5. Nyai Rubiah Sekar, makamnya di Jambangan, Banjarnegara.

***

He, he, ! Nama Jalan Cahyana dan Jalan Rubiah Sekar, pasti diambil dari Babad Cahyana ini atau dari teks babad yang bejudul Cariyosipun Redi Munggul.

Karena ini babad maka sebaiknya jangan bicara angka tahun.

Bersambung !

.

Salam

Toto Endargo

.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *