Seksualitas Dalam Pewayangan (2), adalah peristiwa seksual dalam dunia pewayangan dan komparasinya dengan kehidupan nyata, episode: Kunthi Hamil
Dewi Kunthi
Alkisah Dewi Kunti, yang adalah perawan, putri raja dari negeri Kunthiboja. Karena lemah lembut dan kesopanannya, maka Resi Druwasa, tamu ayahnya, terpesona dan memberinya mantra pemanggil sebagai hadiah.
Saat mengagumi indahnya matahari pagi, Dewi Kunti, lalu memanfaatkan mantranya untuk memanggil dewa matahari, yaitu Dewa Surya.
Datanglah Dewa Surya memenuhi panggilan Dewi Kunthi. Ternyata kehadirannya menimbulkan masalah terhadap kesucian Dewi Kunthi.
Dewa Surya, rayuan mautnya dapat meruntuhkan pertahanan si dara lajang. Berhasil menanamkan benihnya di rahim Dewi Kunthi.
Kunthi Hamil
Hamillah si lajang Dewi Kunthi, hamil di luar nikah.
Untuk menutupi aib dan agar Dewi Kunthi tampak masih perawan maka jabang bayi, anak Batara Surya, untuk melahirkannya tidak lewat jalan yang normal, namun melalui telinga.
Karno menjadi nama si bayi. Karno itu artinya; telinga. Lalu Karno pun terbaringkan dalam sebuah bejana. Bejana kemudian dilarung ke sebuah sungai. Bayi Karno, terombang-ambing arus sungai.
Karno si Telinga
Lahirnya si Karno, tidak normal, sengaja lewat telinga. Hal ini dapat dimaknai bahwa untuk menutup aib, cukup cermati seluruh telinga yang ada.
Sumpal semua telinga, tutup pendengarannya, jangan ada yang mendengar aib tersebut.
Begitulah!
Saking rapatnya menutup semua telinga, maka Adipati Karno pun, baru tahu bahwa ibu kandungnya adalah Dewi Kunthi.
Dewi Kunthi adalah juga, ibunya para Pandawa. Karno tahu itupun sesaat sebelum perang Bharatayuda, dimana Pandawa adalah ternyata adiknya dan juga akan menjadi calon musuhnya.
Hah!
Kebuntingan
Kini wanita lajang, sepertinya, banyak yang akhirnya berkebun, kebuntingan.
Kebuntingan atau hamil sebelum nikah, kini, bukan lagi hal yang harus dihebohkan.
Hal ini seiring dengan majunya cara dan ketersediaan sarana pergaulan.
Sekarang, dengan mengetik mantra pemanggil, maka penanam benih akan segera datang. Kalau si cewek kemudian hamil di luar nikah, adalah suatu keniscayaan.
Hal yang mudah untuk menjadi nyata. Keduanya pun, mayoritas melakukan pembenihan, juga dengan sadar, pasrah, dan tanpa paksaan.
Lalu bagaimana untuk menutup aib, jika masih menganggap bahwa kebuntingan adalah aib, sementara gairahnya selalu menggebu?
Ada berbagai cara yang dilakukan, antara lain: pakai alat kontrasepsi, minum obat agar keguguran, melakukan aborsi, tabah dengan menebalkan muka, bayi tetap dilahirkan dengan wajar, dan yang paling bijak adalah menjadi orang tua tunggal atau dinikahkan. Namun ada yang tragis yaitu melakukan pembunuhan, atau bahkan bunuh diri.
Jika menikah, menikah dengan siapa? Menikah antara kedua pelaku, bisa; namun bisa juga menikah dengan figur penyelamat, karena mendapatkan pahlawan penutup aib.
Setelah menikah, kini tinggal menghitung usia, berapa tahun usia pernikahan dari hasil kebuntingan tersebut.
Semoga abadi.
Dewi Kunthi Kebuntingan
Mencermati dua peristiwa di atas, Dewi Kunthi yang sopan dan para lajang yang ceroboh, hasilnya adalah sama, kebuntingan dan aib.
Aib menghasilkan masalah, yaitu terkoyaknya kehormatan dan harga diri, diri pelaku dan diri keluarga.
Cara menutup aib ada yang dengan cara keji dan tragis, ada juga yang dengan cara bijak.
Keji dan tragis, saat cara mengatasinya dengan; aborsi, pembuangan dan pembunuhan.
Cara yang dianggap bijak adalah menikahkan walaupun tentu saja dengan menebalkan muka atau sekalian single parents.
Begitulah!
Komparasi
Dewa Surya menghamili Dewi Kunthi diawali dengan pemanfaatan mantra pemanggil, hadiah dari Resi Druwasa. Perempuan lajang yang hamil duluan juga dari hasil saling memanggil, barangkali menggunakan alat pemanggil hadiah dari orang yang menyayanginya. Keduanya sama-sama memiliki alat pemanggil.
Jadi hati-hatilah menggunakan alat pemanggil semacam handphone, beserta aplikasinya, jangan digunakan untuk memanggil lawan jenis tanpa proteksi yang bijak.
Untuk gadis lajang, jika keliru panggil, bisa berakibat datangnya aib, tidak haid, dan hamil sebelum nikah.
Hidup memang penuh warna, tiap individu punya peran dengan warna masing-masing, tetapi, tetaplah pilih warna yang sejuk, bukan warna yang bikin gerah.
Sebaiknya, selalu berlaku bijak dalam menyikapi kehidupan. Walaupun, mungkin, kebuntingan menjadi hal yang dianggap wajar. Yakinlah, bahwa hamil sebelum nikah, bukanlah hal yang bijak.
Maka:
Waspadalah!
Semoga bermanfaat
.
BACA JUGA : Batara Guru
toto endargo.
.