Seksualitas Dalam Pewayangan (1) – Dasamuka Dewi Sinta

Seksualitas Dalam Pewayangan (1), adalah peristiwa seksual dalam dunia pewayangan dan komparasinya dengan kehidupan nyata, episode: Dasamuka Dewi Sinta

Dasamuka

Wujud raksasa dengan nama Dasamuka, dasa=sepuluh, muka = depan, artinya bahwa Dasamuka selalu mengedepankan 10 sifat negatif, semacam iri, dengki, sombong, egois, pemarah, dsb.

Sebutan lainnya adalah Rahwana, rah = darah, wana = hutan, artinya ia memiliki darah liar, seperti layaknya situasi hutan belantara.

Dalam cerita Ramayana, dikisahkan bahwa Dasamuka, raja Ngalengka, menculik Dewi Sinta, untuk dijadikan istrinya, namun ditolak, maka Sinta disekap di Taman Argasoka selama 12 tahun.

Istimewanya sesangar-sangarnya Dasamuka sebagai raksasa, konon tidak ada peristiwa pelecehan seksual maupun pemerkosaan terhadap Dewi Sinta.

Kesucian Dewi Sinta dibuktikan oleh Prabu Rama, suaminya, dengan cara membakarnya. Namun karena kesucian dirinya, api tak mampu membakar tubuh Dewi Sinta.

Terbukti Sinta utuh, masih suci, membuktikan bahwa Dasamuka tidak melakukan pelecehan seksual.

Pemuka

Pemuka dapat berarti mereka yang ada di muka, di muka siswanya, di muka santrinya, penggemarnya, pengagumnya, karyawannya, pendukungnya, sampai masyarakatnya.

Jadi “pemuka” adalah mereka, para guru, ustadz, publik figur, motivator, bos, pejabat, wakil rakyat dan semacamnya..

Mencermati berita dan sajian masmedia, setiap kali ada saja pemuka yang melakukan tindakan pelecehan seksual di berbagai tempat dan institusi.

Pagar makan tanaman. Tindakan yang sama sekali tidak diinginkan oleh korban.

Pelecehan seksual akan menimbulkan ketidaknyamanan yang berkepanjangan. Dapat pula membahayakan secara fisik dan mental korban. Malu, tertekan, terintimidasi, terancam, akhirnya korban bisa stres, gila, bahkan bisa saja mengakhiri hidupnya.

Dasamuka dan Pemuka

Dari dua cerita di atas kiranya dapat menjadi cerminan bagi semua, bahwa dalam segi seksual, ternyata Dasamuka lebih beradab dibandingkan dengan para pemuka pelaku.

Dasamuka yang katanya raksasa, jahat dan “leletheking jagat” tidak melakukan pelecehan seksual kepada Dewi Sinta, tawanannya.

Menjadi ironi untuk para pemuka pelaku seperti; guru, ustadz, motivator, dan yang lain, yang melakukan pelecehan seksual, bahkan seringnya tidak hanya melecehkan satu korban tapi sekian korban.

Komparasi

Demikianlah perbandingan perilaku antara Dasamuka dengan para pemuka pelaku pelecehan seksual.

Barangkali dapat menjadi cermin agar para pemuka yang mestinya jadi panutan tidak lagi berlaku ceroboh, tidak lagi berperilaku tak beradab.

Semoga bermanfaat

BACA JUGA: DEWI KUNTHI
toto endargo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *