SEHAT DAN USIA
Toto Endargo
Sekarang lebih banyak orang yang mampu beranak pinak dibandingkan dengan orang yang mampu menjaga usia. Zaman dahulu orang dapat berusia panjang sehingga dalam keseharian sering didengar ada panggilan buyut. Sekarang untuk sampai seluruh cucunya dewasa saja cukup sulit.
Karena banyak yang usianya tidak sampai 60 tahun. Sebutan untuk menandai silsilah begitu panjang. Dimulai dari orang tua, rama-biyung, anak, cucu, buyut, canggah, wareng, udeg-udeg, gantung siwur, petarangan bubrah, grobag senthe dan seterusnya.
Pertanyaannya sampai mana sebutan yang akhirnya sampai ke kita? Kita sampai disebut sebagai apa? Sampai buyutkah? Atau hanya sampai cucu? Kalau sampai cucu, panggilan akrabnya, yang ada hanya sampai eyang-kakung, eyang putri atau yangki, yangti. Habis! Berarti seseorang belum sampai buyut sudah keburu meninggal. Habis!
Jadi sampaikah pada saatnya kita dipanggil “Eyang Buyut”? Sampaikah kita berfoto bersama para cucu dan buyut? Atau panggilan buyut hanya menjadi sebuah kata, sebutan yang tak menjadi kenyataan? Kalau sampai buyut saja tidak sampai, apalagi canggah dan wareng. Kenyataannya banyak yang keburu meninggal sebelum cucunya menikah.
Jika dihitung dengan usia menikah rata-rata 20 tahun maka hitungan mudahnya adalah di usia 20 tahun, menikah, punya anak pertama. Lalu 20 tahun lagi, di usia 40 tahun, punya cucu. Kemudian 20 tahun lagi, di usia 60 tahun, punya buyut. Jadi minimal 60 tahun baru punya buyut atau cicit dari anak pertama. Lalu dari anak berikutnya sampai apa tidak?
Akan menjadi semakin panjang jika periode menikahnya lebih dari 20 tahun. Jika periodenya 25 tahun atau yang lebih dari 25 tahun belum menikah, belum punya keturunan, waduuh … perlu usia lebih panjang lagi agar sampai menimang buyut.
Hukum Sebab-akibat
Sesungguhnya sehat dan usia itu sesuai hukum sebab-akibat. Hukum yang ada dimana-mana, melekat di berbagai hal. Misalnya sebab malas belajar, akibatnya kurang pintar; sebab terlambat datang ke stasiun, akibatnya ketinggalan kereta. Sebab kehujanan, akibatnya berbasah-basah dan sakit. Pokoknya karena “sebab”, maka hasilnya adalah “akibat”.
Sehat sejahtera penuh berkah adalah impian. Kaya dan sakit-sakitan, jelas bukan kombinasi yang diinginkan. Banyak orang mampu tapi sakit-sakitan, penyebabnya apa? Umumnya karena pola makan. Apa yang masuk – apa yang keluar.
Sebab makan makanan yang banyak berpurin, berakibatnya sakit asam urat. Sebab mampu membeli maka pola makan menjadi kurang tepat, makan enak dengan porsi berlebih menjadi kebiasaan, akibatnya obesitas, perut buncit, badan membengkak, dan sakit-sakitan. Itu hukum sebab akibat.
Tubuh itu seperti memelihara akuarium. Tubuh kita sebagai kotak aquarium, dan kesehatan kita sebagai ikannya. Ikan di aquarium itu sangat tergantung kepada segala sesuatu yang dimasukkan ke dalamnya atau apa yang diperlakukan terhadap aquarium itu. Kalau setiap hari dicemplungkan sampah, maka aquarium jadi kotor dan ikan terpaksa makan sampah. Jika berhari-hari airnya dibiarkan, tidak dikelola dengan benar, air menjadi jenuh, akibatnya ikan sakit dan tewas. Sama dengan kita jika makanan yang dimasukkan ke tubuh makanan sampah maka akibatnya kesehatan menurun, sakit dan meninggal. Makanan sampah, atau junk food adalah makanan rendah mutu, tinggi kalori, tinggi kandungan gula, lemak, garam, dan minyak. Junk food juga, makanan yang over cook, dimasak berulang kali, makanan tanpa nutrisi yang yang dibutuhkan tubuh.
Pola Makan
Keliru pola makan hasilnya menderita sakit, maka agar sehat kita harus berpola makan yang benar. Harus mengubah perilaku ke hal yang lebih positif. Ubahlah pola makan kita agar dapat hidup lebih sehat, lebih sejahtera dan panjang umur. Kesehatan bukan segala-galanya tapi tanpa kesehatan maka segala-galanya menjadi terasa tidak nyaman. Memiliki rumah bagus, mobil mewah, istri cantik, anak berprestasi tapi setiap hari menangis karena asam urat yang menyiksa, keluarga menjadi sedih karena ada yang kena stroke, jantungan, diabetes, kena kanker atau bisa saja ada yang alzheimer. Dan akan lebih berprihatin jika penderita sakit-sakitan ini menimpa keluarga yang kurang mampu.
Jadi yang makan ngawur, yang makan makanan tidak sehat, yang makan berlebihan, yang tubuhnya sudah tidak nyaman dan sakit parah, harus segara sadar!
Na’udzubillahimindzalik, semoga kita dan keluarga dihindarkan dari derita karena salah pola makan ini.
Na’udzubillahimindzalik, semoga kita dan keluarga dihindarkan dari derita karena salah pola makan ini.
“Kan ada BPJS!” kalimat yang keluar ketika ingin kembali sehat. Benar! Untuk kembali sehat, banyak yang bertumpu pada BPJS. Memanfaatkan BPJS. Telah iuran berapa, menghabiskan dana berapa? Tiada yang menjamin dengan BPJS sakit diabetes, hipertensi, kanker, gagal ginjal bisa sembuh. Banyak yang setiap hari minum obat sakitnya tak juga tobat, malah dipesan untuk minum obat sampai akhir hayat. Hidup memang perlu makan. Tapi jangan makan obat. Nah, agar tak banget-banget makan obat dari BPJS, ubahlah pola makan dan makanlah makanan secara lebih bijak. Makan banyak obat adalah perilaku tak sehat. Makanlah makanan yang sehat, nutrisi tepat, agar terbentuk tubuh yang selalu sehat. Sehat adalah pilihan hebat. Jaga sehat sebelum sakit. Rawat raga sebelum gejala makin memberat. Hidup dengan sehat adalah pilihan.
Harta Dunia dan Organ Tubuh
Seorang ibu gemuk, berat badan jelas berlebih. Lemak di tubuh dan di organ dalamnya juga berlebih. Punggung kaki membengkak, agak kebiruan, tanda sudah keberatan menopang badan. Rasa pegal menyeluruh, sering pening, nafas terengah dan mudah lelah. Ibu yang sakit. Raganya jelas menderita.
“Ada program agar ibu kembali sehat!”
Sang ibu pun berdiskusi dengan putrinya yang dewasa dan pasti mampu membiayai program sehat. Di akhir diskusi putrinya menggelengkan kepala, artinya kesehatan ibu belum diprioritaskan saat ini! Sang ibu pasrah dan sepertinya derita akan semakin parah.
Ada kalanya benda-benda duniawi lebih disayang daripada kesehatan organ tubuh. Setiap organ ditubuh tidak semudah mengganti onderdil mobil. Busi rusak, karburator rusak, seher rusak bisa dibongkar-pasang, bahkan diganti. Lah kalau yang rusak ginjal, jantung, lambung, pankreas, dan mayoritas pembuluh darahnya, kan tidak mudah untuk dibongkar-pasang apalagi diganti. Maka rawat raga sebelum gejala makin memberat. Cermati gejala yang setiap kali pasti dapat kita rasakan. Jangan terlambat mendeteksi gejala.
Mburu Layangan Pedhot
![]() |
Waspadalah Terhadap Gejala Sakit |
Aja mburu layangan pedhot. Mengejar layang-layang putus. Kena pun umumnya layangan sudah rusak dan tak bisa diterbangkan.
Aja gemampang, jangan menganggap mudah hal kesehatan! Mengobati sakit yang sudah terlanjur parah itu seperti mengejar layang-layang putus, sembuh pun tidak akan kembali seperti semula. Bahkan kadang tidak tertolong juga.
Begitu pentingnya kesehatan, tidak jarang orang rela menukar seluruh hartanya demi sebuah kesehatan. Namun, tidak semua orang peduli dengan kesehatan, mereka cenderung malas bahkan lupa kalau kesehatan itu perlu dan harus dijaga.
Jangan egois ketika makan makanan enak. Makan dipuas-puaskan. Jangan! Karena tidak setiap makanan enak berefek baik bagi tubuh. Jika tubuh terlanjur “rusak” pasti merepotkan keluarga dan banyak orang.
Kesehatan sangat tergantung dengan pola makan. Jika Anda ingin tetap sehat, atur pola makan Anda. Kesehatan dan umur panjang adalah keniscayaan. Jagalah kesehatan agar dapat berumur panjang.
Dari makanlah kita hidup dan dapat sehat. Maka jagalah pola makan kita agar kita dapat berumur panjang dalam keadaan sehat, bukan berumur panjang dalam keadaan sakit.
Kendalikan pilihan makanan!
Kendalikan jumlah asupan!
Pilih makanan sehat!
Hidup sehat adalah pilihan.
Lawang, 31 Mei 2019