Pundhen (1)

Nisan  

Umumnya, dilihat dari yang tampak, pundhen cenderung tempat pemakaman.
Ditandai dengan adanya batu nisan. Benar-benar dari batu, baik batu utuh maupun menhir, batu yang sudah ditatah.
Apa atau siapa yang dimakamkan? Kadang tidak ada satupun informasi yang pasti.
Yang ada hanya cerita tutur, sering terjadi antara pencerita yang satu dengan pencerita lainnya, isi cerita dan tokohnya tidak sama. 
Terus, walaupun ada batu nisan bukan berarti bahwa tempat tersebut benar-benar sebuah makam dari jasad seseorang. 
Bisa saja ternyata yang dimakamkan disitu hanya sebuah piyandel, misal; keris, tombak, cincin, payung, pakaian, gong, wayang, batu sakti, dan atau yang lainnya lagi. 
Dan bisa juga ternyata yang dikuburkan disitu adalah hewan kesayangan dari seorang tokoh, misal; kuda, ayam jago, harimau, gajah, burung dan yang lainnya. 
Atau bisa saja yang dikubur disitu hanya potongan kuku, jari, lengan, atau bagian tubuh yang lain.
Jadi yang dimakamkan belum tentu jasad utuh seseorang. Bahkan makam kosong pun, jika sudah dikenal sebagai pundhen, maka tidak masalah bagi yang mempercayainya. 
Sekali pundhen tetap pundhen. 
“Bersambung, Pak?” 
“Iya. Kan tadi, baru pengantar!” 
“Oh! Nggih, Pak! Besok, judulnya apa?” 
“Nggak tahu! Mungkin, Dinamisme!” 
“Pahamnya para leluhur, nggih, Pak?” 
“Hehe, simak saja, besok!” 
“Nggih!” . 
 Bersambung di: Pundhen (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *