Pulau Momongan, Jetis, Cilacap, Tempat Memohon Untuk Segera Mendapat Keturunan.

Jika percaya akan tuah Pulau Momongan silakan datang ke Pasar Ikan Jetis, Cilacap, niscaya akan segera diantar dengan perahu. Sebuah pulau kecil di tengah Sungai Ijo.

Menikah

Ceritanya pada zaman dahulu, sezaman dengan kisah Joko Puring ada sepasang suami istri dari wilayah Kadipaten Nusawungu, Cilacap.

Keduanya menikah dengan restu kedua orang tua mereka yang cukup terpandang di masyarakat. Dengan harapan segera punya keturunan atau momongan, sehingga dapat mewarisi harta benda keluarganya. Sang istri bernama Nyi Nipah.

Minggat

Ternyata setelah sekitar tiga tahun menikah, belum juga memiliki keturunan, sehingga setiap kali menjadi gunjingan masyarakat setempat. Bahkan ada kehendak dari orang tua suaminya, agar Nyi Nipah diceraikan atau segera memiliki istri lagi.

Hal itulah yang membuat keduanya sedih. Saking sedihnya maka sepasang sejoli itu, Nipah dan suaminya, minggat, berniat segera mencari tempat tinggal yang menyendiri.

Mukim

Setelah berjalan tiga hari keduanya melihat sebuah pulau kecil di tengah sebuah sungai besar, Sungai Ijo. Daratan yang orang belum berani mengunjunginya. Dan kebetulan pula wilayah tersebut belum banyak penghuninya.

Ketika beristirahat di tepi sungai sambil memandang gundukan pulau tersebut sayup-sayup terdengar suara gamelan (gendhing, merdhangga). Maka Nipah dan suaminya sangat berkenan dan akhirnya bermukim tidak jauh dari tempat tersebut.

Sebenarnya ingin membuat rumah di tengah pulau. Namun mengingat bahayanya jika air sungai meluap atau banjir, niat tersebut diurungkan. Dusun tempat Nyi Nipah bermukim bernama Dukuh Merdhangga (gamelan), setelah banyak memiliki tetangga, kini menjadi Dukuh Mertangga.

Munajat

Pulau itu didatanginya saat-saat keduanya sedih. Datang untuk memohon kepada Yang Maha Pengasih agar segera dikaruniai anak. Setelah tiga bulan bermunajat, dengan cara keduanya selalu mendatangi pulau dan berdoa. Akhirnya Nyi Nipah, merasa bahwa dirinya hamil.

Setelah melahirkan keduanya pulang ke Kadipaten Nusawungu, disambut dengan suka cita oleh orangtua keduanya. Bahkan kini diijinkan untuk tetap bermukim di sekitar tepian Sungai Ijo.

Momongan

Lalu ketika ditanya hal kehamilannya maka dengan berterus terang, diceritakan, bahwa hal tersebut adalah kurnia karena telaten berdoa di sebuah pulau, di tengah Sungai Ijo. Dengan cerita tersebut maka daratan kecil di tengah Sungai Ijo itu, diberi nama Pulau Momongan. Momongan dalam Bahasa Jawa, dapat diterjemahkan sebagai anak atau keturunan.

Dan Pulau Momongan atau delta tersebut, kini menjadi titik berhenti perahu wisata. Perahu wisata akan berangkat dari dermaga di Pantai Jetis, tepatnya Pasar Ikan Jetis, akan menuju ke Pulau Momongan.

Di Pulau Momongan, Jetis, Cilacap
Di Pulau Momongan, Jetis, Cilacap

Mangrove

Setiap kali perahu sampai di Pulau Momongan maka penumpangnya diberi kesempatan untuk turun mendarat di pulau tersebut. Menikmati pemandangan tepian sungai dan menghayati uniknya jembatan di tengah Pohon Bakau, Mangrove, sambil minum kopi.

Diceritakan bahwa yang meresmikan Pulau Momongan sebagai tujuan wisata praon adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Sedikitnya sudah dua kali gubernur menyambangi pulau di tengah sungai, yang cukup eksotis tersebut.

Demikianlah sekedar cerita tutur cinatur artinya bahwa cerita ini dipungut dari cerita masyarakat dan diceritakan kembali agar masyarakat yang belum tahu, berkenan untuk menjadi tahu.
***

Salam
Toto Endargo
.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *