Tulisan kedua dari tiga tulisan mengenai Power Point Banyumasan Dalam Tradisi Begalan
Sebelumnya: Begalan Banyumasan #1
Fungsi dan Filosofi Perkakas Begalan
Sedikit fungsi dan makna filosofi perkakas dalam tradisi begalan, brenong kepang, antara lain sebagai berikut:
- Ilir dan ian,
ilir adalah kipas anyaman bambu lebih kurang panjang dan lebarnya 35 cm, sedangkan iyan dibuat dari anyaman bambu, berbentuk persegi, panjang dan lebarnya sama sekitar satu meter.
Ilir dan ian berpasangan, digunakan secara bersamaan untuk menghasilkan sega dengi, nasi yang enak, punel. Nasi di-ler di atas ian, lalu dikipasi pakai ilir sambil dikoleh-kaleh pakai centhong, hasilnya nasi menjadi dingin dan pulen.
Kedua perkakas ini mengandung arti bahwa sepasang suami istri harus bisa salung kerjasama untuk mendapatkan kebaikan di dalam remah tangga yang nyaman, damai dan bahagia.
- Cething, adalah tempat, wadah, nasi dari anyaman bamboo, memiliki wengku, pinggiran cething yang belingkar. Mengandung arti bahwa setiap orang yang bekeluarga telah memasuki sebuah tempat, wadhah, yang memiliki peraturan perundangan (negara, agama, organisasi), diwengku oleh tatanan hidup atau aturan-aturan tertentu, tidak bisa berbuat semaunya sendiri.
- Kusan, kukusan, alat menanak nasi dari anyaman bamboo, digunakan untuk mematangkan nasi, hasil karon. Melambangkan bahwa mereka yang telah berumah tangga, hendaknya memiliki pemikiran yang lebih matang, bijak, selalu dipikirkan masak-masak sebelum mengambil sikap dan kesimpulan.
- Kalo, saringan ampas, gunanya untuk membuat air santan, memeras parutan kelapa. Memiliki filosofi bahwa orang dewasa hendaknya selalu bisa menyaring setiap berita dan peristiwa agar tidak terjebak dalam kesalahpahaman. Ambil yang baik sebagai bekal kehidupan dan hindari yang buruk untuk mengindari munculnya masalah negative, saringlah semua peristiw deangan hati-hati.
- Tampah, dari kata tampa, nampa, dibuat dari anyaman bambu, berbentuk seperti piringan melingkar, biasa digunakan untuk menaruh sayuran dan menampi beras, memisahkan beras dari gabah dan kerikil. Memiliki makna bahwa suami atau istri harus legawa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, berusaha untuk memilah, mengurangi hal-hal yang buruk dan memanfaatkan potensi yang positif.
- Sorok, adalah alat memasak yang berbentuk bulat, terdapat banyak lubang, bertangkai panjang, berfungsi terutama untuk menyerok, meniriskan, mengangkat hasil goreng-gorengan. Konon memiliki makna bahwa hidup harus cermat jangan suka sarak-sorok, jangan mudah mengambil sesuatu yang bukan seharusnya, dan berusaha untuk mampu mengentaskan diri dari berbagai kesulitan, baik dalam bentuk kesulitan ekonomi sampai pun mampu mengentaskan anaknya sampai ke jenjang kedewasaan dan kemandirian berumah tangga.
- Centhong, alat untuk mengambil nasi matang, mengandung arti bahwa hidup berumah tangga hendaknya mampu mengambil kesempatan untuk mendapatkan rejeki yang baik, mampu menyediakan kebutuhan semacam makanan untuk keluarga, jangan bermalas-malasan, cekatan dan pantang mundur.
- Irus, alat masak untuk mengambil dan mencampur sayur, terbuat dari kayu atau batok kelapa. Bermakna bahwa hidup hendaknya mampu mengambil dan mengkombinasi pengetahuan dan pengalaman hidup untuk menekuni mata pencahariannya, seperti sebagai pedagang, petani, pegawai, pejabat dan profesi yang lain.
- Siwur, alat untuk mengambil dan mencurahkan air, gayung. Bermakna bahwa hidup hendaknya suka berderma, membantu orang lain ketika mendapatkan rejeki. Berusaha memberi dan memenuhi kebutuhan istri dan anaknya dengan perhitungan yang adil.
- Kendhil, adalah tempat untuk menyimpan air minum. Bahwa orang berumah tangga hendaknya mau menabung, menyimpan sesuatu yang berharga, walaupun hanya sedikit.
Bersambung ke Power Point Banyumasan Dalam Tradisi Begalan #3