Politik Dalam Pewayangan (2), adalah cerita sederhana dunia pewayangan dalam hubungannya dengan perpolitikan. Episode: La Nyalla Mahmud Mattalitti – Apesnya Pendhita Durna.
Panglima Perang
Ketika Drona atau Pendhita Durna menjadi Panglima dalam perang besar Bharatayuda, pihak Pandawa sebagai musuhnya, sedang sangat prihatin, karena mengalami kekalahan mutlak.
Pada awal Bharatayuda itu, pihak Pandawa mempercayakan jalannya peperangan kepada keluarga Prabu Mastwapati, bersama ketiga putranya: Seta, Utara dan Wratsangka.
Tiga putra Prabu Mastwapati, itupun berturut-turut gugur, Wratsangka, Utara, dan kemudian Seta yang menjadi Panglima Perang Pandawa, gugur di medan peperangan.
Di hari berikutnya, Prabu Mastwapati, Raja Negeri Wirata, sangat marah dan maju membela kematian ketiga putranya, menantang perang melawan Panglima Perang Kurawa, namun Mastwapati juga gugur di tangan Bisma.
Abimanyu dan Gathotkaca gugur dengan lawan masing-masing. Prabu Drupada, raja Negeri Pancala gugur di tangan Pendhita Durna sebagai panglima perang Kurawa.
Pandawa dalam keadaan krisis kepercayaan diri. Pendhita Durna adalah gurunya para Pandawa.
Aswatama
Pandawa sangat prihatin, dan Kresna sebagai juru taktik dari pihak Pandawa, mencoba untuk melemahkan semangat perang Drona dengan menggunakan sebuah taktik yang licik, yang dianggapnya cantik.
Seekor gajah perang, yang berada dalam pasukan Pandawa, oleh Kresna segera diberinya nama Aswatama, setelah itu, seorang prajurit diperintahkannya, oleh Kresna, untuk secepatnya membunuh gajah tersebut.
Kemudian Kresna mengintruksikan kepada semua prajurit dan pihak Pandawa, untuk semasif mungkin, menyebarkan berita tentang kematian Aswatama, bahwa Aswatama telah tewas.
Pendhita Durna Gugur
Aswatama yang sebenarnya adalah nama putra tunggal Pendhita Durna, sehingga ketika Drona mendengar berita tentang kematian Aswatama, di tengah hiruk pikuk peperangan, langsung saja surut nyali juangnya, tidak ingin lagi berusaha untuk memenangkan perang.
Tipu muslihat Kresna itu, benar-benar termakan oleh Drona, kewaspadaannya sebagai Panglima Perang mengendor dan akhirnya Pendhita Durna tewas terbunuh oleh pedang Drestajumena.
Drona gugur karena semangat perangnya mengendor akibat berita bohong, hoaks, yang disebar secara masif oleh para prajurit musuhnya, diyakininya bahwa yang tewas di peperangan itu adalah Aswatama anaknya, bukan Aswatama seekor gajah.
Taktik itulah yang oleh Pandawa, dianggap sebagai taktik cantik Kresna, dalam melemahkan kekuatan musuh.
Memanfaatkan media masa dengan cermat, menyebarkan berita hoaks, namun tidak sembarang hoaks, seperti nyata terjadi dan secara cerdik bisa terkonfirmasi.
Pendhita Durna gugur!
Korelasi
Setidaknya di Indonesia, dalam peristiwa perpolitikan, hal taktik memproduksi dan menyebarkan berita bohong, telah pernah dilakukan.
Politik menggiring opini publik dengan menggunakan berita bohong, hoaks, atau isu negatif, dengan tujuan untuk melemahkan nilai tawar lawan politiknya.
Peristiwa heboh, berita hoks ini terjadi pada pilpres tahun 2014, menyerang Joko Widodo sebagai calon presiden, hoaks dikreasikan oleh La Nyalla Mahmud Mattalitti.
La Nyalla Mahmud Mattalitti secara pribadi telah mengakui bahwa dirinyalah yang pada pilpres 2014 lalu, menyebarkan Tabloid Obor Rakyat di Jawa Timur.
Tabloid tersebut telah menyebutkan bahwa Joko Widodo adalah PKI, beragama Kristen, keturunan Tionghoa, dan calon presiden boneka, dan sesungguhnya Joko Widodo adalah kaki tangan asing.
Konon kata sang kreator, La Nyalla Mahmud Mattalitti: hanya orang-orang bodoh yang mempercayai dan terpengaruh dengan isi isu yang dibuatnya tersebut.
Hehe, terlalu!
***
Demikianlah, maka dapat diambil kesimpulan bahwa berita bohong, hoks, ternyata dapat digunakan sebagai alat politik untuk menggoreng dan menggiring opini publik sesuai dengan keinginan sang kreator.
Dan baik buruknya sebuah produk, cenderung bersifat subyektif, tergantung dari sisi mana penilaian itu dilakukan, yang pro akan mengatakan baik, dan yang kontra akan mengatakan jahat.
.
Begitulah yang tersajikan, ternyata peristiwa politik di dunia pewayangan terjadi juga di dunia perpolitikan di Indonesia.
Polah La Nyalla Mahmud Mattalitti sepertinya ada kemiripan dengan polahnya Kresna saat berusaha mengalahkan Pendhita Durna.
Semoga bermanfaat
Ngapunten
Nuwun.
.
Toto Endargo
.