Pesan Gesang
Toto Endargo
Ketika kecil saya sudah mendengar lagu Bengawan Solo, ciptaan Gesang, yang berceritera tentang sungai besar yang airnya mengalir sampai jauh, dan akhirnya ke laut. Mengesankan.
Lirik Dongengan berbahasa Jawa krama andhap ini menceriterakan kejadian yang sesungguhnya. Bukan sekedar dongeng! Kenapa? Perhatikan lirik lagu ini:
Dongengan
Gesang, 1950
Sinten purun kulo dongengi
Dongengipun dulur desa
Sugih sawah lan sugih pari
Ayeman ati ora murka
Ageng labuhe dhateng negari
Rupa harta lan rupa bandha
Jaman gerilya ing nguni
Tiyang kutha ngungsi teng ndesa
Si kakang lan mbakyu sing nampi
Lahir batin suka lan lila
Njamin panggenan lan njamin tedhi
Luwung sanajan cara ndesa
Kocape mbiyen nalika kuwi
Sapa wonge padha rumangsa
“Terima kasih, terima kasih” batine muni;
“Suk yen aman, walesku apa?”
Tutuge ndongeng puniki
Indonesia mpun merdhika
Dikanteni tatanan edi
Ngajeni mring padha manungsa
Welinge sing ndongengke iki
Yen kakang lan mbakyu teng kutha
Welinge: “Aja nganti lali!
Lan aja disiya-siya!”
Barangkali liriknya tidak pas benar. Maklum saya dengar saat kecil, tahun 1970-an. Saya harus gramak-gramak. Lagu ini cukup sulit di dapat baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dulu saya woro-woro, “Jika nemu saya dikabari!” Dan sekarang saya sudah nemu!
Jaman orde baru lagu ini terasa menyentil para pejabat. Kenapa?
Suatu keniscayaan bahwa lirik Gesang ini benar-benar terjadi. Dulu para pejabat itulah yang mengungsi di desa, mendapat makan-minum dan papan, secara ikhlas dijamin oleh penduduk desa.
Bagi Gesang ada tiga kekhawatiran yang bergejolak di lirik lagunya.
Pertama, Gesang khawatir mereka akan lupa kisah “enak” dalam pengungsian, lupa bahwa orang desa telah menolong mereka.
Kedua, Gesang khawatir mereka akan lupa terhadap janji di batinnya –“terima kasih”, batine muni, “suk yen aman walesku apa?”—Lupa berterimakasih, lupa bersyukur.
Ketiga, Gesang khawatir bahwa mereka akan menjadi orang yang suka berbuat sewenang-wenang, terutama kepada orang desa, atau rakyat kecil saat pergi ke kota.
Maka Gesang berpesan, yen kakang lan mbakyu teng kutha, janjine aja nganti lali, lan aja disiya-siya, artinya: Kalau mas-mas dan mbak-mbak dari desa datang ke kota, janjinya untuk membalas budi baik mereka, sebagai ganti rasa terima kasih saat mengungsi, jangan dilupakan, mereka jangan sampai dibuat sengsara dan dibuat hidup terlunta-lunta. Orang kota jangan berbuat sewenang-wenang kepada mereka.
Pejabat yang dulu pernah mengungsi dan akhirnya bertamak-ria, pasti membenci lagu ini. Maka jangan heran jika lagu bagus bertajuk Dongengan ini menjadi tidak populer!
Luar biasa!
Saya nulis jaman orde baru, jaman = orde.
Maklum! Nggak papalah!
Saya punya kasetnya lho Pak…