“Toegoe Joeang Blater”, adalah sebuah cagar budaya milik Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga di Desa Blater. Monument dalam bentuk tugu untuk mengenang dan mengabadikan “Pertempuran di Palagan Blater, Kalimanah, pada tanggal 31 Juli 1947” untuk mempertahankan kemerdekaan RI
(Artikel: #4 dari 4 bagian)
Tidak Ada korban dari Penduduk Desa
Sedang mereka yang luka-luka dan masih hidup segera mendapat perawatan di rumah-runah penduduk. Penduduk sangat bersemangat untuk memberikan pertolongan, juga bantuan perbekalan berupa makanan dan kayu bakar untuk kereta api uap. Berutung kereta apinya tidak dihancurkan oleh pasukan Belanda.
Dan sangat disyukuri, walaupun waktu itu desa Blater benar-benar menjadi palagan pertempuran, selama setengah hari suasana layaknya hujan peluru, tetapi tidak ada satupun penduduk desa yang terkena tembakan.
Tidak seorangpun yang menjadi korban pertempuran. Hal tersebut, berkat pembinaan pada masa-masa sebelumnya, yaitu tentang cara-cara menghindari tembakan musuh di saat terjadi pertempuranKorban Pertempuran Pasukan Belanda
Sekarang, bagaimana pihak musuh, Pasukan Belanda?
Memang kita tidak dapat tahu dengan pasti. Namun menurut perhitungan, di pihak musuhpun pasti banyak menderita korban. Ini terutama dari hasil serangan pasukan kita yang melakukan perlawanan dari utara jembatan Sungai Ponggawa, dan juga yang menyerang dari sebelah timur jalan raya, di sekitar “wangan tengah”.
Jembatan wangan tengah, Kali Cething, cukup rendah dan sangat rimbun. Cukup tersembunyi, ketika menyerang menembak dari bawah banyak berhasil mengenai musuh. Hanya saja karena musuh berada di atas kendaraan, maka setiap ada yang kena tembakan terus dapat ditolong dan dirawat di atas kendaraan.
Dengan hal tersebut maka korban di pihak Belanda tidak terdeteksi secara nyata. Namun demikian diyakini oleh para pelakunya bahwa di pihak Belanda juga jatuh banyak korban. Terbukti dengan datangnya pesawat terbang untuk membantu menghentikan amukan pejuang tanah air.
Peristiwa Bersejarah
Pertempuran sengit di tlatah Blater ini berlangsung dari sekitar pukul 06.00 pagi, hingga siang hari, sekitar pukul 11.00. Saat itu bertepatan dengan hari Kamis Wage, tanggal 31 Juli 1947, atau pada tanggal 11 Ramadlan 1366 H. Dan peristiwa “Hujan Peluru di Hari Kamis Wage, di Desa Blater” benar-benar terjadi.
Peristiwa pertempuran di desa Blater, adalah merupakan salah satu dari ribuan peristiwa yang sama, yang terjadi di tanah air kita pada masa perang kemerdekaan. Peristiwa yang merenggut korban jiwa para pejuang ini telah kita lalui, dan mudah- mudahan tidak terulang kembali.
Sebanyak14 prajurit TNI kita yang gugur dengan tubuhnya yang hancur lebur, karena dihujani peluru juga sudah tiada. Mereka meninggalkan kita dengan senyuman untuk kembali kepada Sang Pencipta.
Mereka kembali setelah memenuhi panggilan Ibu Pertiwi. Mereka rela berkorban, tidak berharap apapun, tidak juga ingin dihormati, dihargai, apalagi dipuja-puja sebagai “pahlawan”. Tidak!
Mereka hanya berharap doa dari kita yang masih hidup. Doakan mereka, agar di alam baka diampuni dosa-dosanya dan diterima-tempatkan di sisi-Nya” Mengingat dan mencermati peristiwa bersejarah yang heroik ini, kita semua harus mampu meneruskan cita-cita yang suci dan mulia mereka. Mengisi kemerdekaan dengan akhlak mulia demi kejayaan nusa dan bangsa.
Tanpa mengurangi penghargaan terhadap wilayah lain, yang juga telah menjadi palagan pertempuran kemerdekaan, perlu adanya monumen perjuangan di Desa Blater.
Pada tahun 1960, setelah 13 tahun dari peristiwa perang Blater itu, gagasan untuk membuat “Tugu Peringatan” di desa Blater dapat terwujud. Monument di tempatkan di sekitar titik tengah wilayah pertempuran. Tempat terbujurnya tujuh pejuang gugur terkena serbuan peluru Belanda.
Tempat dan peristiwa itu hanya kebetulan saja di Desa Blater, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Peristiwa ini tentu menjadi catatan sejarah, khususnya bagi masyarakat Kabupaten Purbalingga.
Monumen dalam bentuk tugu peringatan ini, sekarang kita kenal dengan nama “Toegoe Joeang Blater”, merupakan salah satu peninggalan sejarah kebanggan bagi masyarakat Purbalingga. Dengan pesan yang tertera di tugu tersebut dalam bentuk candra sengkala; “Wasita Suci Kusuma Negara” memiliki arti tahun “1947”, dan memiliki makna; “Pesan Suci Pahlawan Bangsa”.
Keberadaan Tugu Juang Blater, didirikan untuk mengenang peristiwa di tahun 1947, tepatnya Kamis Wage, 31 Juli 1947 atau 11 Ramadhan 1366 adalah merupakan pesan yang suci, amanat yang luhur dari para pejuang yang gugur sebagai bunga bangsa, agar kemerdekaan yang telah dipertahankannya, dijaga dengan tulus, negara dibangun demi kejayaan nusa dan bangsa.
Semoga bermanfaat
Merdeka!
Toto Endargo
.
====
Awali dari : Pertempuran di Palagan Blater, Kalimanah 31 Juli 1947 – #1