Pertempuran di Palagan Blater, Kalimanah 31 Juli 1947 – #3

“Toegoe Joeang Blater”, adalah sebuah cagar budaya milik Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga di Desa Blater. Monument dalam bentuk tugu untuk mengenang dan mengabadikan “Pertempuran di Palagan Blater, Kalimanah, pada tanggal 31 Juli 1947” untuk mempertahankan kemerdekaan RI

(Artikel: #3 dari 4 bagian)

Perlawanan sengit

Demi menjaga keselamatan dan menunggu kesempatan untuk membalas. Pasukan kita cenderung tetap berlindung. Setelah iringan kendaraan teng dan pancerwagon banyak yang berlalu, pasukan kita mendapatkan kesempatan untuk menjauhi musuh. Perlahan mundur ke arah timur dan masuk ke desa Blater, yang jaraknya dari jalan raya sekitar 500 meter.

Di desa Blater ini, pasukan kita ada kesempatan untuk mengatur posisi. Mengatur strategi untuk mengadakan pembalasan. Dengan waspada, pasukan kita kembali mendekati jalan raya. Kini yang terlihat di depannya adalah barisan truk yang berisi penuh dengan pasukan Belanda. Ada kemungkinan mereka merasa bahwa para pejuang kita telah melarikan diri. Terbukti rentetan senjata Belanda sudah tidak segencar di awal pertempuran.

Dengan segala kekuatan yang ada, pasukan kita siap menghancurkan pasukan Belanda yang ada di dalam barisan truk. Dengan serentak pasukan kita menyerang barisan truk Belanda itu menggunakan tembakan mitraliur, senapan yang menembak secara otomatis, peluru menghambur ke truk-truk yang berisi pasukan Belanda.

Pertempuran yang sesungguhnya kembali berkobar. Pasukan kita terus mengadakan perlawanan, bahkan ada yang menyerang dari sebelah barat jalan raya. Tebing-tebing rendah pun mampu dimanfaatkan dengan baik, untuk berlindung dan melakukan serangan.

Medan di sebelah utara Jembatan Ponggawa, waktu itu, tempatnya rendah, lagi rimbun dengan rumpun bambu, menjadi tempat yang ideal untuk berlindung dan menyerang. Pasukan kita dapat dengan leluasa dan jelas menembaki musuh dari bawah, sedangkan musuh tidak dapat melihat dimana pasukan kita berada.

Perlawanan sengit juga dilakukan oleh beberapa pasukan kita yang dengan berlindung di bawah Jembatan Kali Ceting, wangan tengah, yang juga menyerang dari arah bawah. Karena waktu itu, sekitar jembata kecil ini menjadi tempat yang rimbun, penuh pohon keciet, sangat ideal untuk berlindung dan sekaligus untuk menyerang.

Hujan Peluru di Desa Blater

Pertempuran sengit yang tidak seimbang terjadi di sekitar jalan raya Desa Blater. Rupanya Belanda memanggil pengawalnya dari angkatan udaranya, untuk membantu menghentikan serangan kita. Pesawat cocor merah, bergemuruh di langit Blater. Peluru berdesingan dari atas. Peluru berdesingan membabi-buta dari pasukan yang berada di kendaraan truk dan juga dari beberapa teng pengawal.

Pasukan kita pun menjadi semakin nyata dan sadar, harus menghentikan pertempuran. Betapapun besarnya semangat juang dari pasukan TNI kita, namun karena lokasi dan kekuatan yang sangat tidak seimbang, sebaiknya harus mundur dari pertempuran. Begitulah, pasukan kita terpaksa berangsur-angsur harus mundur untuk menghindari korban yang lebih banyak, sebab jika dipaksakan jelas kita sendiri yang akan merugi.

Konvoi pasukan Belanda, kecuali personilnya jauh lebih banyak dengan persenjataan yang lebih lengkap dan modern, ternyata masih juga dikawal oleh angkatan udaranya, dengan pesawat-pesawat tempur yang bercocor merah. Pesawat tempur ini meniup-niup, menyambar-nyambar, jumlahnya cukup banyak. Jelas terlalu berat dan sangat berisiko untuk melawan dan menandinginya.

Mengakhiri Pertempuran

Kemungkinan yang terjadi apabila pertempuran diteruskan, kecuali pasukan kita akan hancur, juga rakyat banyak yang menjadi korban. Karena pasukan Belanda sudah mulai ada yang menurunkan pasukannya, siap dan berani menghadapi pertempuran darat tanpa kendaraan. Ada beberapa pasukan Belanda yang juga sempat mengejar pejuang kita sampai masuk ke rumah penduduk di Sidakangen.

Pertempuran pun baru reda sekitar pukul 11.00 siang. Pasukan kita membiarkan Pasukan Belanda berlalu, dan masuk ke daerah Banumas tanpa gangguan apapun, sampai situasi di Desa Blater benar-benar aman.

Korban Pertempuran Pasukan Kita

Menurut keterangan dari Bapak Idris, sebagai bekas komandan pasukan kita yang ikut bertempur, menyampaikan bahwa pihak anak buahnya yang terkena sasaran peluru musuh berjumlah kurang lebih satu peleton yaitu sekitar 30 sampai dengan 40 orang.

Diantara sekian banyak yang kena tembakan musuh, yang gugur ada 14 orang prajurit. Dengan keadaan yang mengenaskan, ada yang hilang tangannya, hilang kakinya, robek perutnya dan sebagainya, keadaan yang sangat mengerikan. Pemuda dan penduduk Blater dan Sidakangen, di bulan puasa itu, dengan rasa prihatin merawat dan mengumpulkan jenazah para syuhada yang gugur mempertahankan kemerdekaan.

Untuk semua korban yang gugur di Palagan Blater ini, segera dimakamkan dengan upacara sederhana. Dengan bantuan pemuda dan penduduk desa Blater dan Sidakangen para pejuang yang gugur mempertahankan kemerdekaan ini, dimakamkan di Makam Desa Blater dan Makam Desa Sidakangen.

==

Semoga bermanfaat

Merdeka!

Toto Endargo

.

bersambung ke: Pertempuran di Palagan Blater, Kalimanah 31 Juli 1947 – #4

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *