Pengusaha Batik, Curug Plered, dan Pohon Secang di Curgecang Purbalingga

Cerita tentang batik, curug dan pohon secang yang dahulu ada di wilayah Curgecang Purbalingga. Nama Curgecang, adalah nama tempat di wilayah Kelurahan Purbalingga Kidul. Inilah sedikit cerita tentang nama Curgecang, yang konon berawal dari dua kata: “curug” dan “secang”.

Usaha Batik

Pada sekitar tahun 1920, di Kota Purbalingga ada pengusaha kain batik bernama Tan Hok Dji. Papan namanya tertulis  “Tan Hok Dji, Batik Handel, Poerbolinggo” ini berarti bahwa Tuan Tan Hok Dji adalah pengusaha kain batik tulis, tulis tangan, bukan batik cap, berada di Kota Purbalinggga.

Bahwa dalam proses pewarnaan kain batik, dahulu. menggunakan bahan pewarna alami, misal untuk menghasilkan warna hitam dan coklat digunakan larutan kayu mahoni dan jantung pisang. Soga untuk warna coklat kekuningan, kunyit untuk warna kuning, daun mangga menghasilkan warna hijau, kulit manggis menghasilkan warna merah dan larutan kulit pohon Secang menghasilkan warna pink keunguan. Dan ternyata pohon Secang, sebagai bahan pewarna batik inilah yang dimungkinkan menjadi awal mula ada nama Curgecang. Tjoeroegsecang, Tjoeroeggecang, yang kemudian seiring dengan waktu dieja menjadi Curuggecang, bahkan menjadi Curgecang

 

Curug Plered

Di nama Curugecang ada kata curug. Curug atau air terjun di wilayah ini, hanya ada satu, yaitu yang sekarang menjadi taman Gringsing. Air terjunnya sekarang, persis di bawah jembatan, mirip air terjun Sungai Gemuruh di Serang, Purbalingga Lor. Aslinya air terjun ini bernama Curug Plered, dan letaknya berada di ujung timur wilayah Curgecang.

Curug Plered, seperti curug pada umumnya, dibentuk oleh aliran air sungai yang harus terjun, menuruni tebing di tengah aliran sungai. Curugnya tidak begitu tinggi, dahulu sekitar tiga meter. Sekitar curug, dahulu terkenal wingit. Tidak sembarang orang berani mendekati Curug Plered.

Jadi jika orang bertanya dimana curugnya? Jawabnya, curug dari nama Curugecang adalah air terjun yang sekakrang ada di lokasi Taman Gringsing, dulu dikenal dengan nama Curug Plered. Curug yang berada di aliran Kali Gringsing.

Secang

Secang adalah nama pohon yang kulit kayunya dapat digunakan sebagai bahan pewarna pada proses memberi warna kain batik. Nama Secang sama dengan Sepang, Sopang, Sapang, Cacang, bahkan ada yang menyebutnya cukup dengan nama Pohon Cang.

Dahulu di ujung barat wilayah Curgecang terdapat Pohon Secang yang setiap kali kayunya dimanfaatkan untuk bahan pewarna batik. karena keberadaan pohon Secang ini maka tempat tersebut dikenal dengan nama kolom Cang, artinya tempatyang terdapat pohon Cang, atau tepatnya Secang. Di samping pohon secang ada juga pohon-pohon yang lain sehingga tempatnya menjadi rimbun, mirip seperti hutan. Pohon Secang termasuk golongan pohon perdu jadi tidak bisa menjadi tinggi-besar seperti pohon Beringin.

Di saat perusahaan batik “Tan Hok Bji, Batik Handel, Poerbolinggo” masih berjaya, untuk mendapatkan warna pink keunguan, orang mengambil kayu Secang dari kolom Cang itu. Sedemikian majunya usaha kain batik, maka di sekitar tempat tersebut masih ada jejak bak, kolam, yang digunakan untuk memproses celap-celup kain batik.

Kolom Cang

Seiring dengan waktu,dan seiring dengan surutnya budaya batik di wilayah Purbalingga, maka kolom cang menjadi terlantar, dan berubah, dianggap menjadi tempat yang wingit, angker. Sampai sekitar tahun 1960-an wilayah yang sekarang ada di sekitar, di belakang toko Kapuk Randu, Jalan Jendral Achmad Yani, itu, masih disebut kolom Cang atau kebon Cang.

Pamali

Wilayah Curgecang konon termasuk dalam wilayah yang ikut terimbas, mendapat kutukan dari Ki Demang Timbang. Tidak diijinkan nanggap wayang, wilayah Dusun Timbang dan sekitarnya. Hal pamali ini sempat terceriterakan bahwa sekitar tahun 1965-an, ada keluarga yang nekad nanggap wayang kulit. Tempatnya, sekarang, di sekitar Toko Mahkota, selang dua hari kemudian rumah tersebut terbakar. Maka hingga kini, konon tidak ada lagi yang berani nanggap wayang.

Demikianlah sedikit cerita tentang awal mula nama Curugecang, yaitu wilayah yang terdapat sebuah curug, air terjun, dan sebuah tempat yang ada tumbuh pohon Secang, Curug ada di sebelah timur dan Secang ada di sebelah barat. Dari keberadaan keduanya itulah terbentuk kata Curugsecang, Curuggecang dan akhirnya menjadi Curgecang.

BACA JUGA :  Ki Demang Timbang

Ngapunten

Sedang ingin cerita

Nuwun.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *