Palu, Gandhen, Saka Tatal dan Ampuhnya Kata “Amin” dari Wali Prakosa

Menceriterakan tentang Palu, Gandhen, Saka Tatal dan Ampuhnya Kata “Amin” dari Wali Prakosa di saat-saat pembangunan Masjid Agung Demak, sekitar Tahun 1478.

Empat Wali

Raden Patah, yang bergelar Sultan Alam Akbar al-Fatah, diawal menjadi raja Demak, beliau ingin membangun Masjid Agung di Demak Bintara.

Bangunan utama masjid pun akan segera dibangun oleh para wali, antara lain; Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati.

Untuk membangun bangunan utama memerlukan empat tiang utama (saka guru). Yang bersedia menyediakan tiang utama tersebut adalah Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati.

Namun pada saatnya untuk segera dipasang, ternyata masih kurang satu tiang. Hal tersebut karena Sunan Kalijaga ternyata sedang bertapa di Giri Mlaka, sehingga belum sempat memenuhi tugasnya.

Mahdum Amal

Kebetulan di antara para wali ada Mahdum Amal, pemuda dari Cahyana yang dianggap sebagai “tukang kayu” yang handal, maka tugas untuk menyediakan satu tiang utama itu diberikan kepadanya. Dengan pesan agar berkomunikasi lebih dahulu dengan Sunan Kalijaga.

Dengan kemampuan olah batin, terhubunglah antara Mahdum Amal dengan Sunan Kalijaga, bahkan Kanjeng Sunan pun, keesokan harinya dapat hadir di Demak.

Saka Tatal

Berikut penggalan yang tersurat dari Babad Cahyana:

== Kacariyos pangeran Kalijaga saweg tapa ing Giri Mlaka, sidik paningalipun, lajeng jengkar, sadinten sadalu saged dumugi Demak, anjujug lenggah ing pancabrakan, pinanggih kaliyan Wali Prakosa. Pangeran Kalijaga taken: “Lho, sianak, napa sing dadi bubuhane andhika?” Ki Mahdum Wali Prakosa mangsuli: “Kula kabubuhan saka satunggal.” Pangeran Kalijaga mangsuli maneh: “Eh anak, kula kang bakal ambantu anggrabahi sarta ngelusi.” Nunten wali kekalih wau enggal tumandang nyambut damel, sami mendheti tatal, lajeng dipun gulingaken kaping sekawan. Insya Allah, hu ta’ala ngabulaken panyuwun kita, kangge anjangkepi wujuding saka masjid. Tatal lajeng dados blabag, kaelus nunten dados balok. Ki Mahdum Wali Prakosa munjuk ing kanjeng sultan: “Nunten Kanjeng sultan, totosan sampun kula damel. ===

Setelah saka tatal yang panjangnya sekitar 17 meter telah jadi, Wali Prakosa segera menyampaikan kepada Sultan bahwa tugasnya telah dilaksanakan.

Lintang Waluku

Bangunan utama segera dibangun pada malam harinya, saat Lintang Waluku tampak benderang di langit Demak sekitar pukul 21.00.

Lintang Waluku, sesungguhnya adalah Rasi Bintang Orion, biasa digunakan sebagai petunjuk arah barat. Mungkin saat itu digunakan juga sebagai petunjuk arah barat, kiblat, ka’bah, bagi para wali di Tanah Jawa.

Dhoyong

Ketika fajar, bangunan utama itu diperhatikan oleh Para Wali dan Kanjeng Sultan. Ternyata bangunan utama dengan empat tiang utama tersebut tampak miring, dhoyong, tiang-tiang belum tegak lurus terhadap alasnya (lantainya).

Kemudian kanjeng Sultan, para wali, prajurit dan masyarakat yang ada di sekitar pembangunan masjid, diajak ramai-ramai untuk menarik, memperbaiki posisi ke empat saka pilar masjid, agar bisa tegak.

Palu Gandhen

Namun ternyata upaya tersebut belum berhasil, masjid masih tampak miring.
Kanjeng Sultan lalu bertanya langsung kepada Mahdum Amal (Wali Prakosa)
“Ki Mahdum, bagaimana sarannya?”

Ki Mahdum menjawab;
“Suwawi sami nenuwun ing Allah. Mangke kawula dados palu, para wali sanesipun dadosa gandhen”
Terjemahan bebas:
Mari bersama-sama berdoa kepada Allah. Nanti saya yang menjadi palu (pemukul dari besi), sedangkan para wali dan lainnya menjadi gandhen (palu besar dari kayu).

Walau belum paham benar apa yang dimaksud dengan makna sebenarnya dari kata palu dan gandhen, Kanjeng Sultan dan para wali segera meminta agar Mahdum Amal memimpin doa, Kanjeng Sultan, Para Wali dan yang lainnya diminta untuk mengamini.

Ternyata bangunan utama masjid tersebut masih tampak miring, tiang-tiangnya masih belum tegak. Kanjeng sultan kemudian kembali bertanya kepada Mahdum Amal
Ki Mahdum, bagaimana saranmu?”

Ki Mahdum menjawab;
“Suwawi para wali ingkang nenuwun ing Allah. Mangke kawula ingkang ngamini!”
Terjemahan bebas:
Mari para wali yang berdoa kepada Allah. Nanti saya yang mengamini.

Disarankan juga agar Para Wali disaat berdoa, sambil memegang tiang utama sumbangan masing-masing. Maka kedua saran Mahdum Amal itupun segera dilaksanakan.

Tiang yang sebelah Barat Laut dipegangi oleh Sunan Bonang, tiang yang di Timur Laut (saka tatal) dipegang Sunan Kalijaga, mewakili peran Mahdum Amal, tiang yang di Tenggara dipegangi oleh Sunan Ampel, sedangkan tiang yang di Barat Daya dipegangi oleh Sunan Gunung Jati.

Amin

Kemudian para wali berdoa bersama-sama dengan niat untuk membuat tiang masjid yang dipegangnya segera berdiri tegak, Mahdum Amal dengan khusu’ meng-amiini doa para wali.

Ternyata kekuatan kata “amin!” (amin = terimalah dan kabulkanlah) dari Mahdum Amal (Wali Prakosa), telah menjadikan doa Para Wali diterima, dikabulkan oleh Allah, bangunan utama masjid bisa berdiri dengan tegak dan dengan arah kiblat yang sesuai.

Konon kemudian arah kiblat tersebut, diperiksa oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga semedi sejenak, mengheningkan cipta, tangan yang satu memegang posisi tempat pengimamam dan tangan yang satunya seakan sedang memegang dinding ka’bah.

Sejenak, kemudian Sunan Kalijaga mengangguk-anggukan kepala, tersenyum cerah, lalu menghampiri Wali Prakosa, mengucapkan rasa terimakasih dan mengutarakan rasa kekagumannya atas kemampuan Mahdum Amal, anak muda dari Cahyana.

Hal yang Menarik

Hal – hal yang menarik dari cerita di atas:

  1. Saka Tatal dibuat dari potongan-potongan kayu dengan ukuran yang tidak seragam, konon melambangkan aneka keadaan rakyat. Menjadi petunjuk kepada Sultan Demak, bahwa apabila mampu menyatukan berbagai potensi yang ada di masyarakat, maka para kawula tersebut akan dapat menjadi tiang negara yang kokoh.
  2. Hal Lintang Waluku, di samping sebagai penunjuk arah barat, juga menjadi perlambang bahwa para wali sedang membajak (mluku), menggarap tanah, membangun wilayah, untuk didirikannya kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa.
  3. Hal palu dan gandhen kiranya dapat dimaknai sebagai berikut: Palu adalah pemukul, bentuknya kecil tetapi terbuat dari besi; gandhen adalah pemukul yang bentuknya besar tetapi terbuat dari kayu. Besi dibandingkan dengan kayu tentu saja lebih kuat besi, disini mengandung makna bahwa apabila sesuatu dipukul menggunakan gandhen (besar, banyak orang, para wali) tidak berhasil, maka sebaiknya dipukul pakai palu (kecil, satu orang, Mahdun Amal) tentu akan lebih berhasil.
  4. Hal ungkapan palu dan gandhen, ternyata istilah palu-gandhen adalah sebuah ungkapan yang sangat tersamar, tampak sopan tetapi sesungguhnya sangat tegas (cablaka). Jika para wali tidak mampu, kiranya Mahdum Amal akan mampu mengerjakannya. Sopan tapi nandhes! Barangkali itulah ciri khas orang Purbalingga.
  5. Hal Wali Prakosa saat mengamini doa para wali; Ternyata kata “amin!” yang dilakukan oleh Wali Prakosa menjadi kunci terkabulnya doa para wali. Berarti, Wali Prakosa, saat itu, adalah pendoa yang sangat handal. Perlu menjadi bahan referensi; Dengan merunut kisah Wali Prakosa ini, maka, sesungguhnya kunci terkabulnya sebuah doa, adalah pada ucapan “amin”, yang dilakukan dengan khusu’; Jadi jangan main-main dengan kata “amin”, di saat mengamini sebuah doa.
  6. Hal Sunan Kalijaga mewakili Mahdum Amal memegang saka tatal, itulah, yang konon menjadikan klaim bahwa Sunan Kalijagalah yang membuat saka tatal. Padahal dalam Babad Cahyana, Cariyosipun Redi Munggul, sesungguhnya yang membuat saka tatal adalah Mahdum Amal, Sunan Kalijaga hanya membantu anggrabahi (kasar-kasar, sekenanya) dan sekedar menghaluskan.

Begitu!

Wali Prakosa dari Perdikan Cahyana adalah gelar yang diberikan oleh Sultan Alam Akbar al-Fatah, Raja Demak untuk Mahdum Amal, pemuda dari tlatah Cahyana. Kini Perdikan Cahyana menjadi bagian wilayah Kecamatan Karangmoncol dan Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga.

===

Demikianlah sekedar cerita yang diambil dari Babad Cahyana, utamanya hal makna Palu dan Gandhen, semoga bermanfaat.

Salam
Toto Endargo
.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *