Nama Stadion di Purbalingga dari Tjahja Mudjil Sampai GOR Goentoer Darjono

Cerita tentang stadion di Purbalingga, dari awalnya dengan nama Tjahya Mudjil, lalu menjadi Wasesa dan sampai kini menjadi GOR Goentoer Darjono

Tjahja Mudjil

Negara Indonesia dengan Presiden Soekarno, saat itu, mampu menyelenggarakan Asian Games (1962) dan Ganefo (1963), imbasnya telah menjadikan masyarakat demam untuk berkegiatan olahraga di seluruh negeri.

Dan R. Mochamad Soedjadi, Bupati Kepala Daerah Kabupaten Purbalingga, yang memerintah pada tahun 1960 – 1967, bersemangat, tergerak juga untuk membangun sarana dan prasarana olahraga.

Yang jelas pemerintah daerah pun membangun sebuah lapangan yang luas, sekitar dua hektar dan berada di wilayah Kelurahan Kalikabong.

Kalikabong menjadi tempat yang dianggap strategis, karena dekat dengan jalan utama, dan agak jauh dari pusat kota, jaraknya sekitar tiga kilometer dari pusat pemerintahan, alun-alun.

Kepada lapangan luas yang dibangun sekitar tahun 1963 itu, pemerintah memberi nama sebagai; Stadion Tjahja Mudjil.

Stadion, jelas, tempat yang serupa lapangan luas, yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, pertunjukan, balap kuda, dan juga untuk kegiatan berbagai cabang olahraga.

Tjahja, cahya: cahaya, sesuatu yang bersinar.
Mudjil, mungkin identik dengan mijil; artinya keluar, atau muncul.

Stadion Tjahja Mudjil, dapat dimaknai; bahwa pada saatnya dari lapangan yang luas itu akan muncul cahaya gemilang, berupa kegiatan yang bergengsi, dan prestasi olahraganya akan mampu mengharumkan nama Purbalingga.

 

Wasesa

R. Bambang Mudarmo, menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten Purbalingga Periode Tahun 1967 – 1973, mungkin kurang sreg dengan nama stadion, maka nama stadion Tjahja Mudjil diubah namanya menjadi: Stadion Wasesa.

Nama Wasesa ini diusulkan oleh Bapak Djemadi, guru SMA Negeri Purbalingga. Jika tidak keliru beliau mengajar Bahasa Jawa, rumahnya di jalan Lawet, dan di masa pensiun, menjadi Kepala SMA PGRI, yang sekarang menjadi SMK YPLP Purbalingga.

Wasesa memiliki makna: kuasa, kekuasaan atau mampu, kemampuan. Harapannya Stadion Wasesa mampu melahirkan kegiatan dan atlet yang lebih berprestasi.

Dulu, sepertinya, di Purbalingga, ada agenda Balapan Jaran, Pacuan Kuda. Balap kuda berlangsung di Stadion Wasesa, meriah dan sangat mengesankan.

Jamda Pertama

Tahun 1972, Stadion Wasesa, tercatat sebagai tempat penyelenggaraan Jambore Daerah Gerakan Pramuka Kwarda Jawa Tengah yang pertama. Jadi Jamda Kwarda Jawa Tengah I, di Kwarcab Purbalingga, perkemahan dan kegiatannya di Stadion Wasesa, Purbalingga.

Stadion Wasesa mengalami perbaikan, baik dalam hal perataan, perawatan rumput, drainase dan juga tembok keliling, sekitar tahun 1980, saat bupatinya Pak Sutarno.

 

GOR Goentoer Darjono

Drs. H Triyono Budi Sasongko, M. Si menjadi Bupati Purbalingga dua periode, tahun 2000 – 2010. Melakukan efek karambol di empat lokasi pada akhir masa jabatannya.

Taman kota, pembangunannya menempati pasar lama, menjadi Usman Janatin City Park (2010).

Jadi tempat Usman Janatin City Park ini, dulunya adalah Pasar Kota Purbalingga.

—-

Memindahkan pasar lama ke Stadion Wasesa, dan menjadi Pasar Segamas (2009).

Jadi tempat Pasar Segamas ini, dulunya adalah sebuah stadion kota Purbalingga, Stadion Wasesa.

—–

Pembangunan Stadion Wasesa di lapangan Purbalingga Kidul, dan menjadi GOR Goentoer Darjono (2009)

Jadi tempat GOR Goentoer Darjono ini, dulunya adalah lapangan sepakbola Purbalingga Kidul.

Jalan yang membujur arah barat-timur, yang sekarang ramai dengan pedagang adalah jalan baru (2009).

.

Begitulah sedikit cerita tentang stadion, diawali dengan nama Tjahya Mudjil, Wasesa, sampai menjadi Gelanggang Olahraga (GOR) Goentoer Darjono.

===
Semoga bermanfaat.
Nuwun.
.

Maturnuwun Bapak Tri Daya Kartika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *