Sedikit cerita tentang keberadaan anak menyawak yang ada di Bedhahan, dan menjadi salah satu titik unik Sungai Klawing.

Bedhahan
Lubuk atau kedhung, bagian dari sungai Klawing ada yang disebut sebagai Bedhahan, ada sebutan yang lain yaitu Segara Wurung, lubuk tersebut berada di antara Desa Galuh dengan Desa Slinga. Lubuk dengan aliran air yang unik, karena dianggap tidak setiap lubuk bisa seperti di Bedhahan atau Segara Wurung tersebut.
Disebut unik karena air yang dari hulu, awalnya datang deras, berombak dengan bunyi kemracak, tiba-tiba saja sampai di lubuk dimaksud, langsung airnya tenang, bagaikan tenangnya sebuah telaga, namun setelah sekitar 100 meter, keluar dari lubuk, air kembali bergerak dengan kederasan yang sama seperti keadaan di atas wilayah lubuk tersebut.
Anak Menyawak
Suatu ketika sekitar jam empat sore seorang anak Slinga, panggil saja Igus, telah melihat seekor anak biawak, menyawak, sendirian di antara rerumputan pinggir sungai, di sekitar Bedhahan. Dengan cara mengendapkan diri, hati-hati, Igus berhasil menangkap dengan aman, anak menyawak liar tersebut.
Anak biawak liar tangkapan, segera dibawa pulang. Sampai di rumah dimasukkannya ke dalam kandang yang kuat dan cukup rapat. Memastikan anak biawak tidak akan bisa keluar kemanapun, akan tetap terkurung di dalam kandangnya.
Kandang ditaruhnya di rumah bagian belakang, dekat dapur. Igus berniat memelihara anak biawak, dan untuk saat ini disembunyikan dahulu, sehingga tidak seorang pun diberi tahu bahwa di kandang belakang ada seekor anak biawak.
Jemputan
Namun pagi-pagi dia ditanya dan dimarahi oleh Mbah Kakung.
“Kamu kemarin sore menangkap apa? Itu harus dikembalikan, itu jangan kamu anggap hewan sembarangan, itu seperti seorang anak yang sedang bermain-main. Malah kamu tangkap, sekarang dikurung di rumah! Semalam dijemput induknya. Dengar ya! Kamu harus segera mengembalikan lagi ke Bedhahan!”
Sang cucu heran, menurut perkiraannya seharusnya belum ada seorangpun, di keluarganya, yang tahu bahwa dia telah menangkap anak menyawak. “Bisane, Mbah Kakung priksa, inyong nyekel menyawak?” pertanyaan Igus dalam hati.
Namun sejenak kemudian Igus sadar bahwa Mbah Kakung memang memiliki kewaskitaan yang tidak sembarang orang memilikinya. Oh, pantas saja Mbah Kakung priksa. Pasti ada isyarat khusus yang sampai ke Mbah Kakung.
Ngamuk
Dan siang harinya, Igus keheranan lagi. Tetangganya datang ke rumah dan langsung menuju ke dapur, pedangan, yang berada di belakang rumah.
“Arep ngapa, Kang?” pertanyaan Igus ke tetangganya.
“Deneng pedangane, esih wutuh, ya? Ujarku mau mbengi rusak bosah baseh!” jawab tetangganya sambil memandang sekeliling pedangan dengan mimik wajah keheranan.
Sang tetangga lalu bercerita bahwa tadi malam sekitar pukul sebelas malam, ia lari ketakutan dan langsung pulang, karena tanpa sengaja lewat, dari jauh terlihat ada dua ekor biawak sangat besar, sebesar kambing, yang seperti sedang marah, mempora – porandakan dapur rumah yang ditempati Igus itu.
Dan kini, kedatangan sang tetangga ingin membuktikan, ingin melihat kerusakan yang sudah terjadi tadi malam. Namun sang tetangga terheran-heran, ternyata semua dalam keadaan biasa tidak ada bangunan yang rusak.
“Apa inyong, ngimpi?” Celetuknya.
Pendamping
Igus pun akhirnya bercerita ke tetangganya, bahwa kemarin sore, Igus telah menangkap seekor anak biawak dan mengurungnya di dapur. Namun tadi pagi dimarahi oleh Mbah Kakung, jadi anak biawak liar tersebut sudah dikembalikan lagi, dilepaskan lagi di sekitar Bedhahan.
Syukur. Igus masih sehat. Igus berkeyakinan bahwa jika tidak mendapatkan perlindungan dari Mbah Kakung, induk biawak yang sebesar kambing itu, semalam, pasti telah menyerang dan menghajar dirinya. Syukur ada Mbah Kakung yang memiliki kelebihan dan menjadi pengayom keluarga.
Begitu ceritanya!

Dan begitulah sedikit cerita tentang misteri salah satu titik unik di Sungai Klawing.
Pesan Igus! Maka dari itu, berhati-hatilah dengan semua penghuni Sungai Klawing dan sekitarnya.
Jaga tingkah laku, yang baik, yang sopan, di setiap aktivitas, demi keamanan dan kenyamanan bersama.
Demikianlah sekedar cerita tutur cinatur artinya bahwa cerita ini dipungut dari cerita masyarakat dan diceritakan kembali agar masyarakat yang belum tahu, berkenan untuk menjadi tahu.
***
Ngapunten
Semoga bermanfaat
Maturnuwun
Toto Endargo
.