Melanjutkan hal Bajing yang ada di relief Candi Prambanan. Setelah cerita tentang bajing sebagai hewan, sekarang cerita tentang hal lain yang menggunakan kata bajing.
Bajingan
Ada kata yang cukup puitis “bajingan”. Konon awalnya adalah istilah dalam bahasa jawa.
Arti aslinya adalah sebutan untuk para sais, kusir gerobak. Petugas pengendali jalannya gerobak sapi, jadi bukan masinis, bukan nahkoda, apalagi pilot.
Bajingan sebenarnya berasal dari kata mbajing, bentuk umum dalam bahasa Jawa. Berperilaku, beraktivitas seperti bajing.
Mungkin dulu para kusir gerobak itu, dalam melayani penumpang dan muatannya harus selincah bajing, loncat sana, loncat sini, berkegiatan seperti bajing.
Namun sekarang, memiliki konotasi yang negatif, sampai-sampai Google pun secara otomatis tidak mau menulis kata ini secara sempurna.
Sekarang, cenderung menjadi sebutan untuk mereka yang suka menyerobot milik orang, mengutil, menggelapkan barang milik orang, bahkan sampai dengan perilaku negatif dalam hubungan asmara.
Dalam istilah bahasa, namanya peoratif, yaitu pergeseran makna dari hal yang baik, bergeser menjadi negatif, buruk. Dari kusir gerobak, bergeser menjadi penyerobot milik orang.
Bajing Loncat
Kata ini sekarang, benar-benar menjadi cap negatif, terhadap mereka yang melakukan semacam pencurian dan perampokan di kendaraan yang sedang berjalan, di jalan dalam perjalanan menuju tempat tujuan.
Jelasnya, bajing loncat adalah sebutan untuk para pencoleng yang mencuri barang muatan di dan dari atas kendaraan, semacam truk dan bus, yang sedang berjalan.
Kata bajing loncat mudah diuraikan, bahwa perilaku para bajing loncat itu layaknya bajing yang lincah melompat dari dahan ke dahan.
Bajing loncat mampu meloncat dari kendaraan ke kendaraan. Meloncat sedemikian terampil dan lincah untuk menggerogoti isi barang-barang yang ada di kendaraan target, terutama truk.
Tela Bajingan
Adalah makanan dari ketela pohon, boled, yang dimasukkan ke dalam badheg, air nira. Biasanya , saat membuat gula merah, gula Jawa.
Di wilayah Banyumas tela Bajingan ini disebut cimplung. Rasanya buket, kraus-kraus, dan manis. Manis yang khas, khasnya cimplung badheg. Tela Bajingan cukup dikenal di wilayah Magelang, Temanggung dan Pacitan.
Demikianlah sedikit pengetahuan hal Bajing, relief di dinding Candi Prambanan beserta kata lain yang “mengandung” bajing.
Semoga pengetahuan ini bermanfaat, dan untuk yang belum tahu, semoga berkenan juga untuk menjadi tahu.
Salam
Toto Endargo
.