Relief Candi Prambanan telah mendokumentasikan Bajing atau Tupai sebagai salah satu hewan yang ada saat candi dibangun.
Bajing
Bajing atau tupai (Scandentia) adalah hewan pengerat, artinya hewan ini dalam aktivitas kehidupannya, cenderung menggunakan gigi depan untuk bekerja, misal mengerat kulit kelapa, mengerat kayu penghalang, dll.
Ada dua bajing yang saya kenal di desa;
Bajing Gendhu
Memiliki moncong cenderung bulat, dan bulu ekor yang lebat bagai kemoceng.
Bajing inilah yang tidak disukai oleh petani kelapa. Karena bajing inilah yang suka membuat cumplung.
Cumplung atau buah kelapa yang tanggal karena isinya sudah dimakan, dihabiskan oleh si bajing Gendhu.
Bajing Celele
Memiliki moncong lancip, hampir mirip tikus, ekor dengan bulu tidak selebat ekor bajing Gendhu.
Bajing Celele cenderung makan buah-buahan yang lunak seperti pisang, pepaya, jambu, kelengkeng, bahkan markisa yang cukup alot, dll.
Bajing Celele kini cenderung ada dekat dengan pemukiman, karena di pemukiman banyak ditanam buah-buahan, sehingga setiap kali ada yang berlompatan di pohon depan rumah penduduk.
Sebenarnya ada satu lagi yaitu bajing Kipo. Bajing Kipo sangat istimewa, karena punya sayap seperti Tlerep Gombel. Namun bajing jenis ini jarang kita temui.
Langka
Untuk bajing Gendhu sudah lama saya tak melihatnya di pepohonan. Sudah semakin langka, karena setiap kali ada pemburu bajing, bersenapan angin, menelusuri kebun-kebun.
Di kebun, juga sudah sulit melihat cumplung kelapa. Cumplung dulu sebagai penanda adanya bajing.
Cumplung adalah buah kelapa muda yang sudah berlubang karena digerogoti dan isinya dimakan bajing, umumnya bergeletakan di bawah pohon kelapa.
Hampir punahkah keberadaan bajing Gendhu? Atau bahkan seluruh bajing akan segera punah!
Tidak!
Di hutan dan kebun kelapa di luar Jawa, pasti masih banyak.
Bersambung Ke 2
.