Sebuah peribahasa yang tampak sederhana: Keledai Terbaik Mati Duluan, namun jika dicermati akan menyadarkan kita bahwa untuk menjaga kesehatan dan keberlangsungan hidup, kiranya perlu untuk dipertimbangkan dan dilakukan. Semoga
Titen
Dari ilmu titen, orang tua, sering menegur anak-anaknya, saat anak-anak bergurau berlebihan: “Glewehan bae, cekakakan, ngati-ati mbok mengko ana sing nangis!”
Makna singkatnya, bahwa; Tawa dapat segera berubah jadi tangis, kesenangan dapat segera berubah jadi kesedihan.
Contoh mudah saat kecil: Guyon playon, bisa tiba, kejedhug, nabrak lingir meja, tabrakan, sok ana kedadean sing dadi jalaran ana bocah nangis.
Itu dulu. Gemiyen!
Lali dadi Bilahi
Kata bijak, kuna, dari negeri Jawa; “Aja lali, wong seneng, nandur bilahi!” artinya; Jangan lupa, orang senang, sesungguhnya dapat saja sedang menanam bencana!
Waspadalah, bahwa di dalam kesenangan terdapat bahaya mengancam.
Senang makan daging, hasilnya kolesterol tinggi. Senang bekerja, bisa lupa makan hasilnya kena mag. Senang selewengan, rumah tangga bisa bubar.
Senang ingkar, bisa dimaki-maki orang. Seneng ngintip, bisa kecolok. Senang penekan, bisa jatuh dan patah tulang parah. Senang sepedaan, bisa nabrak ayam. Senang ngebut, bisa benjut. Senang yang manis-manis, bisa diamuk istri, kena diabetes. Dll.
Hehehe…
Keledai Terbaik
Kata bijak dari negeri China; “Keledai terbaik akan mati duluan” maknanya; Pekerja yang paling tekun dan paling patuh, cenderung berumur pendek.
Keledai disini digunakan untuk mengibaratkan seorang pekerja yang sangat patuh, rajin dan selalu bekerja keras sampai melupakan faktor safety, mengabaikan kesehatan dan keselamatan dirinya.
Berlebihan dalam bersikap, bersedia mati-matian dalam kerja. Bersedia untuk lembur, begadang, berjam-jam kerja, lupa makan, lupa minum, kurang istirahat, dll.
Pada saatnya bisa saja, pendapatan atas kerjanya sama sekali, tidak cukup untuk menutupi biaya kesehatannya, ketika pekerja tersebut menderita, sakit.
Kerja mati-matian, bisa mati sungguhan. Dalam peribahasa di atas, pekerja seperti itu dianggap sama seperti keledai, dan umumnya keledai yang terbaik berumur pendek, mati duluan.
Lupa Diri
Dari dua peribahasa di atas, bahwa jika menyenangi sesuatu hendaknya jangan seperti keledai yang; lupa batas kemampuan diri, lupa keamanan, lupa kesehatan dan lupa keselamatan diri, hingga pada akhirnya dapat berakibat mati muda.
Kesimpulan
Waspadalah, sesungguhnya dalam kesenangan tertanam pemicu bencana.
Bisaa angon wayah.
Wayahe kerja ya kerja. Wayahe mangan ya mangan. Wayahe ngaso ya ngaso. Wayahe turu ya turu. Wayahe komen ya komen.
===
“Pak, sepertinya ada pepatah hal bambu. Tahu Pak?”
“Bambu yang lurus ditebang duluan”
“Kalau yang berhubungan dengan ikan lele, apa Pak?”
“Air keruh tempat nyaman para ikan lele!”
“Artinya kedua pepatah tersebut, apa Pak?”
“Pikir sendirilah!”
.
Ngapunten
Sedang sedikit introspeksi
Nuwun
.
Toto Endargo
.