Mengulik Keberadaan Pundhen Bancar Purbalingga

Ternyata di Bancar ada sebuah pundhen, berada di balik tembok keliling sekolahan, di sebelah selatan bundaran pertigaan Bancar, depan Kodim 0702 Purbalingga

Lokasi Pundhen Bancar di Pertigaan Dekat Taman Maerakaca

Ujung Utara

Pertama mengetahui dan melihat keberadaan makam tua di situ itu, pada tahun 1972, kelas 1 STM Purbalingga Bersubsidi atau STM YPT.

Saat itu STM YPT masih berada di Bancar, dengan kepala TU -nya Bu Tarni, makam berada di belakang kantor TU tersebut, di ujung utara gedung sekolahan.

Ada yang menyebutnya sebagai Pundhen Bancar, tapi ada juga yang menyebutnya bahwa itu adalah Makam Kanoman. Kali ini sebut saja sebagai Pundhen Bancar

Sedikitnya ada empat peristiwa yang berhubungan dengan Pundhen Bancar tersebut.

 

Wanita

Bahwa suatu ketika, teman yang biasa berada di sekitar makam, sekitar jam 9 malam, berniat pergi ke Desa Patemon.

Naik sepeda motor tua, mampir di tempat temannya yang ada di jalan Pucungrumbak, untuk menemaninya, tapi temannya itu tidak bersedia, maka diberanikan dirinya berangkat sendirian.

Bancar, lewat depan Borromeus, perlahan belok kiri, dan sesampai di dekat pohon beringin yang berada di trotoar, sebelah selatan, pojok halaman BRI Purbalingga, ada seorang perempuan yang menyetop dan ingin nunut, minta diboncengkan.

Wanita tersebut memakai rok panjang, rambutnya diurai sepunggung, tidak ada tanda-tanda bahwa dia dari dunia lain, karena katanya mau pulang ke Bojongsari maka diboncengkan saja untuk teman perjalanan, kebeneran.

Tanpa banyak bicara selama diboncengkan, sampai di wilayah Gumelar, yaitu jalan naik di utara sungai Kemusuk, perempuan itu minta berhenti dan kemudian mengucapkan terima kasih, lalu lap, menghilang. Ya, ampun ternyata yang diboncengkan adalah perempuan dari dunia lain.

 

Siswa

Dan suatu ketika ada seorang siswi sekolah setempat, panggil saja si Dirum, yang mungkin berlaku kurang sopan terhadap makam tersebut.

Si Dirum di tengah pelajaran menunjukkan gejala kesurupan. Oleh pihak sekolah diusahakan untuk segera sadar. Orang tua si Dirum juga didatangkan ke sekolah.

Setelah dianggap normal maka si Dirum dibawa pulang, bersama orang tuanya ke rumah, namun sampai di rumah ternyata gejala kesurupannya belum reda, maka dikonsultasikan dengan pihak yang paham hal kesurupan.

Sarannya sederhana, Si Dirum harus diantarkan kembali ke makam Pundhen Bancar, dan dibimbing untuk meminta maaf kepada penghuni Pundhen Bancar tersebut, setelah dilaksanakan, langsung saja si Dirum, sembuh, normal kembali.

 

Mataram

Suatu ketika, di saat hari libur, ada sebuah keluarga yang berjumlah tujuh orang, dari Jogja, sengaja datang berkunjung ke makam Pundhen Bancar.

Kata bapak-bapak yang kemungkinan adalah ketua rombongan dari Jogja itu, bahwa yang dimakamkan sebagai Pundhen Bancar, adalah kakek moyangnya, sesepuh dari Mataram, atau sekitar Jogjakarta.

Pada kesempatan itu, rombongan keluarga tersebut sempat mengadakan semacam tahlilan dan membagikan berkat bingkisan untuk beberapa orang yang kebetulan berada di sekitar sekolahan. Sambil memohon agar Pundhen Bancar jangan sampai terbengkalai, jangan dirusak, dan jangan sampai penuh tanaman liar.

 

Ebeg

Yang berikutnya adalah datangnya rombongan atau praktisi ebeg, kuda lumping, sekitar 12 orang. Berkunjung ke makam Pundhen Bancar di malam hari.

Sebagaimana kewajaran para praktisi kuda lumping, sebelum pagelaran cenderung harus mohon ijin kepada sesepuh penghuni setempat yang tidak kasat mata.

Hal tersebut dilakukan agar selama pertunjukan lancar, tanpa gangguan, dan sukses dalam menyelenggarakan kesenian kuda lumping.

Begitulah, sementara empat kisah yang bersinggungan dengan Pundhen Bancar.

Jadi jika ada seorang perempuan asing, minta diboncengkan, dan berada di sekitar bundaran pertigaan Bancar, hati-hatilah! Barangkali itu adalah wanita yang ikut mukim di Pundhen Bancar, yang kebetulan ingin diantar ke tempat tujuan. Asyik!

Konon pula mengapa, nama jalan yang berada di wilayah tersebut diberi nama Jalan Kanoman, konon, sesungguhnya nama jalan tersebut, memang disesuaikan dengan keberadaan Pundhen Bancar, atau Makam Kanoman.

 

Hal cerita tentang tokoh Kanoman, semoga suatu saat ada yang paham dan berkenan untuk menceritakannya sebagai kisah yang menarik di wilayah Bancar.

Demikianlah sekedar cerita tutur cinatur artinya bahwa cerita ini dipungut dari cerita masyarakat dan diceritakan kembali agar masyarakat yang belum tahu, berkenan untuk menjadi tahu.
***

Ngapunten
Semoga bermanfaat
Maturnuwun

Toto Endargo
.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *