Ada pamali yang isinya; Tedhak turun Raden Kamandaka hendaknya menghindari, untuk tidak menggunakan kain Batik Kawung. Lho, kok bisa?
Kamandaka
Kamandaka adalah tokoh Banyumas yang sangat terkenal, dan penuh pengorbanan saat ingin memperistri Bungsu Ciptarasa, putri Adipati Kandhadhaha dari Pasir Luhur,
Diceritakan, sampai-sampai Kamandaka harus menghadapi kejaran prajurit Pasir Luhur, karena Kamandaka dianggap sebagai pengganggu Putri Adipati Pasir Luhur, Dyah Ayu Cipta Rasa itu.
Dalam salah satu pelariannya Kamandaka berpetualang menjadi penyabung ayam, dan bertempat tinggal di sebuah desa, dalam asuhan seorang janda yang bernama Nyi Kertisara. Oleh Nyi Kertisara, Kamandaka dianggapnya sebagai anaknya sendiri.
Silihwarni
Suatu hari Kamandaka mendapat tantangan dari seorang penyabung ayam, bernama Silihwarni, yang membawa ayam aduan untuk diadu dengan si Mercu ayam milik Kamandaka.
Menerima tantangan Silihwarni, Kamandaka mengiyakan, pergi menerima tantangan, membawa Si Mercu ke arena sabung ayam.
Seperti biasanya, agar dirinya tidak terdeteksi oleh para prajurit Pasir Luhur, maka Kamandaka tidak memakai kain dengan corak batik Pajajaran.
Kamandaka berangkat untuk menyambung ayam dengan menggunakan kain batik kawung, hadiah dari Nyi Kertisara.
Celakanya, di arena sabung ayam, Kamandaka tidak sadar bahwa Silihwarni sesungguhnya adalah utusan Adipati Pasir Luhur yang ditugasi untuk meringkus dirinya.
Terluka
Arena sabung ayam, digunakan oleh Silihwarni untuk mencederai Kamandaka. Silihwarni dengan curang mengambil kesempatan, menusukkan keris kecil miliknya ke arah dada Kamandaka, justru di saat Kamandaka memegang si Mercu, untuk segera di sabung.
Kamandaka sempat berkelit sehingga yang terluka bukan dadanya, namun keris Silihwarni berhasil merobek kulit bagian perut Kamandaka. Kamandaka segera meloncat dan lari menghindar, dengan darah membasahi kain kawung yang dipakainya.
Pada akhirnya Kamandaka berhasil menaiki sebuah bukit untuk bersembunyi. Dari tempat persembunyiannya itu Kamandaka sempat memperhatikan musuhnya.
Banyak Ngantrang
Debar dada Kamandaka, bergemuruh saat secara cermat memperhatikan motif kain batik yang dipakai oleh Silihwarni. Batik motif Pajajaran yang sangat dikenalnya, motif batik Banyak Ngantrang.
Kamandaka dengan lukanya kemudian berusaha menantang Silihwarni bertempur satu lawan satu di atas bukit. Tantangan Kamandaka disambut baik oleh Silihwarni, segera Silihwarni menaiki bukit.
Ketika sudah berada di puncak bukit, berdua, Kamandaka berterus-terang bahwa dirinya, sesungguhnya adalah Putra Pajajaran yang bernama Raden Banyak Catra.
Silihwarni tertegun, penuh haru dan menyesal, karena Silihwarni, sesungguhnya adalah Raden Banyak Ngampar, adik kandung yang sedang mencari kakaknya.
Ternyata Kamandaka adalah Raden Banyak Catra, kakak yang sedang dicarinya.
Keduanya adalah saudara kandung. Identitas batik yang dipakai oleh Silihwarni sebagai jalan keberanian Kamandaka untuk membuka tabir penyamarannya. Kamandaka berterus-terang, dirinya adalah Banyak Catra, Putra Pajajaran.
Pamali Kawung
Seandainya Kamandaka menggunakan kain batik identitas Pajajaran, yang dipahami oleh Silihwarni, barangkali peristiwa penusukan ke Kamandaka, tidak perlu terjadi.
Karena Kamandaka memakai kain batik motif kawung itulah yang dianggap sebagai penyebab Silihwarni tak mengenali kakaknya.
Maka sejak itu Kamandaka membuat, wewaler, pamali, semacam undang-undang, bahwa anak keturunannya disarankan untuk menghindari, untuk tidak mengenakan kain batik motif kawung. Begitulah!
Adipati Pasirluhur
Konon karena Raden Banyak Catra, alias Kamandaka, terluka terkena Keris Pusaka Pajajaran maka Raden Banyak Catra, dianggap telah cacat. Hak menjadi raja Pajajaran dimatikan, dicabut, dan hak itu kemudian diberikan kepada adiknya yang bernama Banyak Blabur
Raden Kamandaka, atau Raden Banyak Catra hanya menjadi Adipati Pasir Luhur, dan beristrikan Putri Bungsu Ciptarasa. Raden Banyak Ngampar pun setia mendampingi kakaknya, ikut bermukim di Pasir Luhur.
Demikianlah sekedar cerita tutur cinatur tentang pamali Batik Kawung untuk para keturunan Raden Kamandaka, sebuah cerita dari masyarakat dan diceritakan kembali agar masyarakat yang belum tahu, berkenan juga untuk menjadi tahu.
***
Ngapunten
Semoga bermanfaat
Maturnuwun
Toto Endargo
.