BEDA AKIBAT
Saya kurang paham apakah jutaan atau ribuan tahun silam, saat itu orang-orang sudah membuat masakan atau belum, namun tercatat bahwa usia mereka sangat panjang, ratusan tahun.
Usia Nabi
Coba kita renungkan, usia Nabi Adam 930 tahun, Nabi Idris 345 tahun, Nabi Nuh 950 tahun, Nabi Hud 472 tahun, Nabi Yaqub 147 tahun, Nabi Yusuf 110 tahun, pada jaman nabi-nabi tersebut kira-kira sudah ada masakan atau belum?
Kenapa usia para nabi tersebut sangat panjang? Usia yang panjang, barangkali karena makanannya adalah makanan alami, bukan masakan seperti model jaman kini.
Sangat Sederhana
Pastinya, jika sudah ada masakan, pasti masih sangat sederhana, baik dalam hal sarana, bumbu, maupun bahannya.
Dan jika dibandingkan dengan cara memasak jaman sekarang, pastilah sangat jauh berbeda, bagaikan tinggi langit dengan dalamnya palung.
Dan faktanya manusia jaman sekarang panjang usianya juga jauh berbeda dibandingkan dengan manusia jaman bahelola.
Ternyata kemungkinannya semakin sederhana bahan dan cara memasak, menjadikan konsumennya berusia sampai ratusan tahun.
KESIMPULAN
Hehe, sesungguhnya saya hanya akan menyampaikan bahwa menurut saya, antara ‘makanan’ dengan ‘masakan’ itu berbeda.
Makanan; pabriknya adalah tumbuhan, kokinya alam semesta, pemanasnya cahaya matahari.
Masakan: pabriknya adalah dapur orang, kokinya manusia, pemanasnya api.
Orang yang mengkonsumsi “makanan” memiliki daya tahan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi “masakan”.
Untuk yang memahami bahwa malaikat diciptakan dari cahaya, sedang jin diciptakan dari api, maka setidaknya dapat lebih memahami bahwa yang dimasak dengan cahaya tentu lebih baik dibandingkan dengan yang dimasak dengan api.
=====
“Maturnuwun, Pak”
“Maturnuwun, nggon sing ngendi?”
“Untuk semuanya. Terutama paragraf terakhir! Tapi boleh, apa tidak, sedikit mengganti kata?”
“Maksudmu?”
“Kata ‘dengan’, saya ganti dengan ‘oleh’!”
“Karepmu! Terus jadi bagaimana?”
“Bahwa yang dimasak ‘oleh’ cahaya tentu lebih baik dibandingkan dengan yang dimasak ‘oleh’ api!”
“Oh, gitu! Terus kata ‘cahaya’, karo ‘api’, arep deganti ora?”
“Dipun gantos napa, Pak?”
“Malaikat, karo, syetan”
“Mboten Pak, mboten! Mboten wantun!”
“Ora wani! Kenangapa?”
“Mbok wonten sing pusing”
“Ya, wis!”
.
Semoga bermanfaat
Maturnuwun.
.
Ngapunten
Sedang sedikit mikir.
Nuwun
.