BEDA PRODUSEN
Makanan dan masakan menurut saya; beda produsen, beda bahan, beda proses dan juga beda resep.
– Makanan
Produsennya adalah tumbuh-tumbuhan, semua bahan-bahannya dari alam, prosesnya lama dan rumit, dari akar ke batang, ke daun, lalu muncul bunga, kemudian jadi pentil, akhirnya jadi buah yang masak dan layak dimakan.
Sebutir buah harus penuh dengan nutrisi yang bermanfaat bagi konsumennya, ada karbohidrat, serat, vitamin, mineral, ada yang harus manis, masam, dll.
Tidak kalah rumitnya juga para umbi-umbian yang umumnya penuh dengan karbohidrat dan zat untuk bertahan hidup.
Makanan dari tumbuh-tumbuhan cenderung ada zat kehidupan, yaitu yang ada pada bijinya atau pada tunasnya.
Biji dan tunas jika perlu ditanam akan. menjadi kehidupan baru.
Makanan yang dikelola alam dijamin sangat sesuai dengan tubuh manusia, pilihlah yang normal, jangan yang beracun, niscaya berumur panjang.
– Masakan
Produsennya, warung, rumah makan, restoran, outlet, PKL, hotel, cafe, dll.
Pengelolanya manusia dengan berbagai perilaku.
Bisa saja punya pedoman: sehat nggak sehat yang penting enak di lidah, pasti laris.
Prosesnya, bahannya, resepnya, tentu dapat disimak dan disimpulkan sendiri.
Masakan walau ada bijinya, tetap saja tidak memiliki zat kehidupan baru.
Coba tanam, kue biji salak, pasti tidak bakalan tumbuh menjadi pohon salak.
BEDA TUNGKU
Makanan yang bersifat alami, bagian tumbuhan yang dapat dimakan, semua diproses secara alami.
Proses dan bahannya alami.
Tungkunya, sebagai salah satu sarana agar makanan bisa masak dan layak makan adalah cahaya matahari, energi alami.
Bahkan manusia pun butuh cahaya matahari untuk hidup dan kehidupannya.
Jadi makanan dimasak dengan cahaya matahari.
“Iya, ya!”
“Genahan, qoh!”
Masakan, awalnya dan sampai sekarang, mayoritas menggunakan tungku api.
Ayam bakar, sate, roti bakar, jagung bakar, yang belakangnya pakai bakar umumnya pakai api.
Liwet, adang, jangan lodheh, nggodhog kupat, Kabeh nganggo geni, pakai api. Pakai api, bukan pakai cahaya.
====> Bersambung Makanan dan Masakan
“Kalau pakai oven, microwave, magic com, kadospundi, Pak?”
“Hehe, itu pakai teknologi kelistrikan, ya!”
“Nggih, Pak. Kadospundi?”
“Ora alami, ya?”
“Nggih, Pak. Kadospundi?”
“Udu cahaya, ya?”
“Nggih, Pak. Kadospundi?”
“Pokoke, masak nganggo cahaya matahari kuwe, lewih apik tinimbang demasak nganggo geni!”
“Oh, pokoke! Deneng pokoke, Pak!”
“Iya!”
Hehehe …
.