Jejak Rel Lori (7)

“Terusan yang kemarin ya Pak?”

“Iya. Ora nguja, nemu bahan nggo data!”

“Barang, kebeneran, nggih Pak?”

“Iya!”

Totogan Kebondalem.

Bahwa di depan Koramil Kalimanah, seberang jalan, orang menyebutnya sebagai kompleks Kebondalem.

Ada gang ke barat, Gang Waru, ternyata disitu ada bekas totogan rel lori. Jadi berawal dari wilayah Kebondalem ini, rel lori kemudian membujur ke utara membelah Desa Selabaya, Babakan, Slatri, Karangkabur, lalu mungkin ada yang ke wilayah Kedungwuluh dst.

Hehe, saya masih asing dengan rel lori di wilayah Padamara.

Dengan adanya totogan ini, berarti lokomotif tebu, dulu, berangkat maupun pulangnya, dari dan ke kantor PG Kalimanah ini, sekarang menjadi SMA Agustinus.

Kalau kita ke sebelah utara, di luar tembok SMA Agustinus, disitu masih ada bekas totogan, awal dan akhir dari rel lori.

Itulah yang dimaksud dengan totogan Kebondalem. Dan kenapa disebut Kebondalem? Itu masih jadi pertanyaan!

Semoga segera dapat info!

.

Totogan Koramil

Masih ada totogan lagi. Bahwa di belakang Koramil Kalimanah, ada bekas rel, panjangnya sekitar 20 meter. Lalu ada sisa potongan rel di atas sungai kecil, rupanya itu bukan rel lori, itu adalah rel kereta penumpang, kereta barang.

Kemungkinannya dulu kalau ada barang yang harus dimasukkan ke gudang PG Kalimanah, maka gerbong kereta dari Purbalingga belok kiri, sedikit, sampai di gudang.

Jadi kalau ke belakang Koramil Kalimanah, disitu ada sungai kecil, ada tembok tinggi, mungkin dulu tembok kelilingnya PG Kalimanah, tampak ada potongan rel yang mencuat dari tembok, yang satu panjang, yang satunya pendek, posisi datar dengan jarak sekitar satu meter.

Itulah yang dimaksud dengan totogan Koramil. Sisa-sisa jejak rel kereta api di Purbalingga.

Untuk diketahui bahwa di sekitar belokan rel kereta barang, yang menuju ke PG Kalimanah itu, dulu ada haltenya, halte Kalimanah (KLH).

Bahwa jalur kereta barang Purbalingga – Banjarsari memiliki panjang sekitar 6,5 Km. Ada pemberhentian semacam halte yaitu Stasiun Purbalingga (PDG), di Kandang Gampang. Halte Kalimanah (KLH), tempatnya di depan PD BPR BKK Kalimanah. Halte Jompo (JPO) tempatnya sekitar 50 meter di utara pertigaan Jompo, dan Stasiun Banjarsari (BJRS) di Banjarsari.

.

Masalah dan Solusi

Dari serial tulisan ini ada dua masalah yang perlu diperhatikan dan dicari solusinya.

  1. Bahwa jalur jalan yang sudah dibuat oleh keberadaan rel lori, dapat dijadikan sebagai infrastruktur jalur transportasi, dari satu tempat ke tempat yang lain.

Maka hal jembatan yang putus, dan adanya sodetan, dapat segera disambungkan. Solusi sederhananya, walau hanya menggunakan jembatan bambu, pastilah sudah dapat memperlancar lalu lintas pejalan kaki yang ada di tengah bulak sawah.

  1. Jika benar, telah terjadi penyerobotan tanah bekas rel lori ini, misal untuk jalur rel yang tadinya 6 meter, menjadi hanya tinggal 1 meter, kemudian jalur rel yang digempur menjadi sawah, maka harus dicari solusinya untuk dapat digunakan sebagai jalan umum.

Menurut hemat saya, buka buku induk kepemilikan tanah, buka peta kepemilikan tanah, khususnya periode sebelum rel lori dibongkar. Pasti dalam peta tersebut ada jalur rel kereta.

Seluruh kepemilikan tanah yang ada di kanan kiri rel lori, diukur sesuai dengan luasan tanah yang tertera pada surat kepemilikan. Dengan demikian keberadaan lahan rel kereta tebu ini akan tampak aslinya dan dapat digunakan untuk jalan umum.

Semua hal yang berhubungan dengan kepentingan umum maka dibutuhkan rasa kepedulian yang mapan. Tanpa rasa peduli dan siap berkorban, maka seiring dengan waktu semua akan berjalan menuju ke situasi yang semakin parah.

.

Bersambung ke Jejak Rel Lori (8)

Semoga ada yang menyimak

 

“Begitulah cerita tentang “Jejak Rel Lori” yang terasa panjang sehingga dibikin serial sampai tujuh episode”

“Nggih, Pak. Maturnuwun sanget!”

“Maturnuwun juga, sudah nyimak!”

“Sehat selalu nggih Pak!”

“Iya!”

.

Semoga bermanfaat,

Sedang sedikit cerita

Nuwun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *