Jejak Rel Lori (2)

“Terusnya kemarin ya Pak?”

“Iya. Nyimak, ya!”

“Nggih!” .

Emplasemen

Dari jembatan Kadisana, terus lurus ke timur, akan sampai di pinggir dusun. Di sekitaran itu ada satu jembatan kecil yang relnya masih membekas. Lurus terus ke timur, sekitaran 100 meter, terdapat jejak melebar, lebarnya sekitar 10 meter.

Ternyata memang disitu dulu terdapat emplasemen, jajaran rel kereta, ada dua jalur rel. Dulu pasti terdapat wesel di percabangan rel tersebut. Wesel adalah pengatur posisi rel. Bekerja secara mekanik, maju-mundur, dengan cara menarik tuasnya.

Di tempat dua jalur rel ini, yang disebut emplasemen, biasanya digunakan untuk parkir, untuk langsir, atret, dan untuk fasilitas “pengungsian” jika ada rangkaian kereta yang harus berpapasan.

Sekitar seratus meter berikutnya, bekas rel ini melengkung, membelok ke selatan, ke arah Desa Rabak, Karangtengah dan Muntang, ada juga yang lurus menuju ke Toyareka, Bojong dan seterusnya. .

Pintu Air

Tertarik dengan situasi sekitar, karena ada pemandangan yang bagus, ternyata juga di tengah-tengah wilayah antara Sidakangen dan Kalimanah Wetan ini, di utara belokan, terdapat semacam perempatan rel lori.

Untuk sampai ke tempat tersebut, sepeda tidak lagi dapat dinaiki. Sepeda harus ditenteng, melewati pematang dan jalur sulit, tepi parit. Kebetulan di tempat ini ada semacam pintu air.

Melihat bentuk pintu air, sepertinya tanjlig tersebut adalah bangunan lama, sayangnya besi-besi pendukungnya, terlihat sudah digergaji, jadi tinggal sisa-sisanya.

Ini pintu air Sungai Pejaten, pola pelur atau tanggul paritnya tampak meliuk-liuk bagus untuk disimak, dinikmati. Sungai Pejaten adalah sungai yang sempat mengalir di selatan SMPN 2 Kalimanah.

Di utara tanjlig ini terdapat hal yang lebih menarik lagi, yaitu tempat persilangan rel lori, trem, rel kereta tebu. Persilangan dalam bentuk perempatan.

Persilangan

Saat mendekati arena, masih tampak jelas jalur-jalur rel yang membentuk semacam perempatan. Ada jalur yang berbentuk lengkungan rel, itu berarti sebagai belokan, ada tiga belokan yang jelas membekas.

Di samping itu ada juga jejak yang sepertinya membentuk perempatan, layaknya perempatan jalan aspal. Kemungkinan dulu disini banyak wesel, pengatur rel agar sesuai dengan tujuan kereta.

Wesel, seperti sudah tertulis di atas, adalah alat yang memiliki tuas ungkit, digunakan untuk menggeser-geser rel kereta pada titik kres, atau titik persilangan. Belokan-belokan itu, masing-masing mengarah ke tiga tujuan.

Ke selatan menuju ke wilayah Muntang, yang ke timur menuju ke wilayah Toyareka, yang ke barat, tidak tampak bekasnya, kalau ada berarti menuju ke wilayah Sidakangen, Blater, Banjaranyar, Sokaraja, yang ke utara ke PG Kalimanah.

PG Kalimanah adalah sebagai tujuan akhir kereta, ketika PG Kalimanah tersebut masih beroperasi sebagai pabrik gula.

.

Bersambung ke Jejak Rel Lori (3)

Semoga ada yang menyimak

.

“Nggih Pak, kula nyimak!”

“Ya. Maturnuwun”

“Sambungane, judule napa, Pak?”

“Jedding!”

“Lho, jedding nggih, kamar mandi?”

“Mbuhlah, pokoke jedding!”

“Nggih! Sehat nggih, Pak!”

“Aamiin!”

.

Semoga bermanfaat

Sedang sedikit cerita

Nuwun

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *