Jejak Anjuran Bupati Goentoer dan Gubernur Ismail (2)

Inilah jejak yang tersisa dari Bupati Goentoer Darjono dan Gubernur Ismail di Purbalingga.

Gubernur Ismail

Muhammad Ismail. Beliau adalah Panglima Kodam II/Bukit Barisan (1977 – 1980), lalu menjadi Panglima Kostrad (1980), dan menjadi Panglima Kodam VII/Diponegoro (1981 – 1983).

Di saat Orde Baru berjaya dengan dwifungsi ABRI-nya, maka pada tahun 1983 – 1993, dua periode, Mayor Jenderal TNI (Purn.) Muhammad Ismail ditunjuk dan diangkat menjadi Gubernur Jawa Tengah.

Identitas Jawa Tengah

Salah satu jejak beliau adalah adanya istilah Identitas Jawa Tengah, Jatidiri Jawa Tengah.

Menggali kearifan lokal, dan kemudian dijadikan menjadi Jatidiri Jawa Tengah.

Contohnya adalah menentukan Burung Kepodang Kuning menjadi fauna khas Jawa Tengah.

Sedangkan flora khas Jawa Tengah adalah Bunga Kanthil.

Stadion di Semarang diberi nama Stadion Jatidiri.

Nama Mahesa Jenar untuk julukan PSIS Semarang dan Gedung Olahraga di Purbalingga, Gedung Mahesa Jenar.

Ekor Joglo

Masyarakat Purbalingga, sedikit memet, dalam hal bentuk gapura atau pintu gerbang.

Sebab sesuai anjuran Bupati Goentoer Darjono ketika menjabat, sudah melaksanakan, bentuk ekor pesawat terbang.

Bangunan masih kokoh, ternyata datang anjuran, sesuai ide Gubernur Ismail, bahwa bentuk bangunan, khas Jawa Tengah, adalah bentuk Joglo.

Begitulah, jadi di Purbalingga ada dua model, bertebaran. Bentuk ekor pesawat terbang dan bentuk joglo.

Jadi jika ada bangunan, atap gedung, atap pintu gerbang, kepala gapura, juga puncak pilar pagar rumah, berbentuk joglo, itu adalah bentuk khas Jawa Tengah.

Jejak tinggalan ide dari Gubernur Muhammad Ismail.

Buah Duwet

Jika tidak keliru, dulu, flora khas Kabupaten Purbalingga adalah Buah Duwet, Juwet, atau disebut juga dengan nama Buah Jamblang (Syzygium Cumini).

Pohon Duwet termasuk suku jambu-jambuan (Myrtaceae).

Buah Duwet biasanya dimakan saat masih segar. Rasa buah yang sudah masak, adalah antara sepat, masam, dan sedikit manis.

Kenapa yang dipilih Buah Duwet? Kok, misal, bukan Dukuh Kalikajar, Jambe Karangjambe, atau Jambu Karangjambu?
Mana kutahu?

Tapi, sepertinya, di halaman Pendapa Kabupaten Purbalingga, di pojok lor-kulon Gedung OR, Gedung Ardi Lawet, semoga masih, ada sebatang pohon Duwet.

Pohon itu sudah berumur, tandanya batangnya sudah cukup besar, daunnya lebat dan rimbun, sering berbuah juga.

Mungkin dari pohon di area Pendapa Kabupaten Purbalingga itulah, maka buah Duwet, akhirnya terpilih menjadi flora khas Purbalingga.
Begitu.

Semoga bermanfaat

Nuwun
.

 

“Pak Mahesa Jenar, kan tokoh fiktif, karangan Singgih Hadi Mintardja. Kenapa tidak pakai tokoh yang nyata?”
“Terserahlah! Kok kamu tahu tokoh fiktif!”
“Iyalah! Saya baca buku karangan SH Mintardja”
“Tahu tokoh-tokohnya?”
“Sedikit! Mahesa Jenar ada di Nagasasra – Sabukinten”
“Terus?”
“Mahesa Agni ada di Pelangi di langit Singasari”
“Terus?”
“Agung Sedayu ada di Api di Bukit Menoreh”
“Terus?”
“Sudahlah, Pak!”
“Ya, saya percaya”
Hehe!
.

Semoga bermanfaat
Nuwun.
.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *