Filosofi Sebilah Kudhi – Gaman Orang Banyumas

Gaman

Gaman, saka tembung “gawaning manungsa”. Alat yang dibawa manusia. Dibawa sebagai senjata, baik sebagai alat keamanan diri maupun untuk kenyamanan dalam bekerja. Namun pada akhirnya kata gaman digunakan untuk menyebut, mayoritas, alat bantu kerja tradisional.

Gaman adalah alat utama orang desa, khususnya para petani. Alat yang disebut gaman umumnya memiliki satu sisi bilah yang tajam, semacam pisau, parang, golok, dsb. Istilah gaman sepertinya hanya ada di Jawa.

Kudhi Banyumas

Kudhi iku gaman kanggo “ngudi” rampunging pakaryan. Kudhi adalah alat yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Oleh sebab itu nama Kudhi kemungkinan dari kata “udi” atau “ngudi”, yang berarti: mencari, mendapatkan, kerja keras, pangupaya atau berusaha, semua untuk menghasilkan hasil pekerjaan yang baik.

Kudhi diklaim sebagai alat sejenis parang yang menjadi ciri khas orang Banyumas.

Bolehlah.

Kekhasan itu semakin meyakinkan saat para dalang Wayang Kulit gagrag Banyumasan, menampilkan kudhi sebagai senjata saktinya tokoh Bawor. Di mana ada Bawor, disitu ada kudhi.

Kalau sekedar gaman yang memiliki bentuk blendhuk, ada jejaknya, yaitu yang tertera di relief Candi Sukuh.

Dan parang bentuk blendhuk seperti kudhi ini, sebenarnya ada juga di wilayah Jawa Timur. Hanya modifikasi ukurannya yang berbeda.

Oh, yang di luar Banyumas itu, mungkin asalnya dari Banyumas.

Okelah, kalau begitu.

Bagian Kudhi

Kudhi terdiri dari tiga bagian pokok yaitu: bilah kudhi, karah dan garan.

  1. Bilah Kudhi

Bilah kudhi, itulah bagian yang disebut kudhi. Jaman tahun 1990, ada Perkemahan Wirakarya Nasional, oleh salah satu orang dari Sumatera, kudhi dikatakan sebagai “pisau hamil”. Barangkali karena terpikat dengan blendhuknya itu.

Bagian di atas blendhuk itu rata, biasanya digunakan untuk pekerjaan yang ringan, misal: nyesek bambu, menclas batang pohon, mengupas kulit kelapa, memotong dan membelah bambu, dsb.

Sedang bagian blendhuknya digunakan untuk menebang pohon, menebang bambu, najag-najag, dsb. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa kudhi dapat digunakan untuk pekerjaan yang ringan dan halus, maupun yang berat dan kasar.

  1. Karah.

Karah adalah bagian yang sangat penting dari sebuah gaman. Mayoritas alat pertukangan dan pertanian memiliki karah.

Karah terbuat dari besi, seperti pipa pendek, berfungsi untuk memegang seerat-eratnya agar bilah kudhi tidak terlepas dari pegangannya. Karah bisa dibuat dari pipa besi.

Panjang pendeknya karah ikut menentukan kuat tidaknya pegangan.

  1. Garan.

Garan atau pegangan kudhi, secara umum dibuat dari kayu. Pilih kayu yang wuled, liat. Menurut saya yang bagus itu kayu mlandingan, pete cina, yang sudah bergalih.

Galih kayu adalah bagian inti atau bagian tengah batang kayu yang berwarna coklat kehitaman. Garan kudhi memiliki bentuk yang khas, umumnya dari hasil bubutan. Dibuat khas dengan alat atau mesin bubut.

Siratan

Apa yang tersirat dari orang yang punya kudhi?

Hehe, tergantung!

Jika kudhi miliknya, kodhol, berkarat, landepe peot, garane popol, panteke copotan, bahkan bisa jadi tak bergaran, ya sudah, jelas tidak bakat ngingu kudhi.

Tersirat bahwa pemiliknya sudah tidak telaten lagi kethikan, tidak sempat lagi bermain dengan bambu, carang, blarak, pangpung, cabang pohon dll.

Tapi kan bisa HP an, esih kuat mbayar tukang.

Nggih!

Jika keadaan kudhi tampak terawat, tajam, kokoh, mengkilap, harapannya, sang pemilik adalah orang yang sayang keluarga, telaten dalam memperbaiki sesuatu, umumnya tidak suka nganggur.

Mampu merawat alat-alat rumah tangga dan juga mampu merawat keutuhan rumah tangga.

“Hasil survei, napa, Pak?”

“Ra, asal ngomong, thok! Mung kayane, akeh benere!”

“Kok, saged, akeh benere?”

“Ya, nganah, takon maring sing wis klakon pegatan, sing poligami, terutama sing neng TV, padha duwe kudhi apa ora! Angger duwe, derumat apa ora! Takon!”

“Oh, nggih, Pak. Kadose, bener, lho!”

“Hehe!”

.

Kolak

Kolak adalah wrangka kudhi, terbuat dari dua papan kayu. Jika kudhi dimasukkan ke wrangkanya, maka tidak semua bagian kudhi tertutupi, dengan demikian terlihat dengan jelas, tampak, sebuah kudhi terawat atau tidak. Jika kolak yang berisi kudhi dibawa berjalan, akan terdengar bunyi nyaring, kolak, kolak. Bunyi yang khas.

Apa yang tersirat dari adanya bentuk dan bunyi kolak?

Sebuah filosofi yang mapan dari budaya Banyumas.

Wrangkanya tidak menutupi seluruh bilah kudhi, itu menunjukkan sifat cablaka, suka berterus-terang, sebab dengan melihat wujud kudhi, dapat diketahui perilaku si pemilik kudhi, orang yang rajin bekerja atau tidak.

Bunyi kolak menjadi perhatian bagi yang mendengarnya, bahwa hidup harus beraktivitas, harus bekerja, harus telaten melangkah menjalani kehidupan.

Maen, ya?!

.

Filosofi Kudhi

Bentuk kudhi yang sengaja dibuat bagian atas rata, dan bagian bawah blendhuk adalah agar dapat digunakan untuk pekerjaan yang ringan, namun dapat pula digunakan untuk pekerjaan yang berat.

Hal tersebut mengandung filosofi bahwa orang hendaknya seperti kudhi, memiliki potensi yang mapan, yang mampu untuk melakukan pekerjaan ringan, dan mampu pula melakukan pekerjaan yang berat.

.

“Sae, niku, Pak!”

“Begitulah bab kudhi. Percaya?”

“Mandan!”

“Ya, ora papa!”

“Crita, sanese malih, Pak!”

“Kapan-kapan!”

“Lading, kadospundi, Pak?”

“Mbuhlah!”

.

Hehehe …

Semoga bermanfaat

Maturnuwun.

.

Sedang sedikit crita.

Nuwun.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *