Dalam rukun Islam ternyata tersirat esensi atau filosofi yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan sesuatu, utamanya untuk mereka yang terikat dengan institusi, seperti pejabat, pegawai dan karyawan bahkan para pengantin. Esensi yang sangat terukur untuk dapat digunakan sebagai pengendali perilaku.
Ikatan Institusi
Rukun Islam ada lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Dalam tulisan ini kita hanya akan membahas beberapa esensi dari ke lima pokok tersebut.
Tulisan ini membicarakan tentang esensi rukun Islam yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sebagai individu. Individu yang terikat dengan adanya institusi. Keberadaan individu melalui proses tertentu. Proses yang umumnya sesuai dengan peraturan dan undang – undang yang berlaku.
Untuk umat muslim, hal ini tentu tidak hanya menjadi pedoman yang bersifat religi, tapi juga menjadi sendi yang mapan dalam aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan duniawi.
Secara umum sebagai pegawai, pejabat, karyawan, suami-istri dan yang lainnya, pastinya banyak kemungkinan ada proses dan dinamika seperti yang tersirat dalam rukun Islam.
1. Syahadat
Dalam Islam saat membaca syahadat, hal tersebut dapat dikatakan, sama dengan mereka yang sedang mengucapkan sumpah dan janji.
Pejabat, karyawan, pegawai, pengantin, dyl. umumnya diawali dengan mengucapkan sumpah dan janji. Hal yang mencerminkan kesanggupan untuk mentaati semua keharusan dan tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang dalam hukum terkait.
Jadi yang harus dipahami adalah: Mengucapkan syahadat, esensinya sama dengan para pejabat, pengantin dan yang lain saat mengucapkan sumpah dan janji di hadapan para penyaksinya.
Sehingga untuk yang paham esensi dari mengucapkan shahadat, tentu akan asing dengan perilaku wanprestasi, amungsemaya maupun asringsulaya.
2. Shalat
Salah satu esensi shalat adalah terjadwalnya sebuah kegiatan, rutinitas tiada henti, dan perilaku disiplin, melaksanakan tepat sesuai waktu yang ditetapkan dan memenuhi syarat yang ditentukan.
Korelasi hal shalat dengan pejabat, karyawan, bahkan ibu rumah tangga, adalah mereka seyogyanya melaksanakan tugasnya dengan jadwal yang pasti, setia kepada rutinitas, disiplin, tepat waktu, dan pekerjaan yang dilakukan hendaknya sesuai dengan syarat yang ditetapkan.
Sehingga kadang ada orang yang berpikir; Kenapa orang yang ibadah shalatnya demikian disiplin, tetapi di dalam melakukan pekerjaannya sebagai pegawai, cenderung bermalas-malasan? Kenapa? Kemungkinannya; Karena esensi yang ada pada amalan shalat, filosofi shalat, belum atau tidak merasuki pada jiwanya. Bahkan dapat terjadi, shalat justru dijadikan sebagai alasan untuk menghindari aktivitas yang seharusnya.
3. Puasa
Hal yang paling mengesankan dari puasa adalah tidak diperbolehkannya makan dan minum. Betapapun enaknya makanan, dilarang untuk dimakan. Betapapun segarnya minuman, dilarang untuk diminum.
Orang berpuasa harus mampu mengendalikan diri, harus mampu untuk menahan lapar dan dahaga yang menderanya. Mampu menahan untuk tidak kepincut menikmati hal-hal yang tampak nikmat itu.
Hal puasa, tidak hanya di bulan puasa. Kita ketahui bersama bahwa nama, waktu, dan cara melakukan puasa itu beracam-macam. Dan esensi puasa yang pokok di artikel ini adalah: Menahan syahwat diri dari hal yang tampaknya nikmat.
Filosofi yang dapat diambil dari hal makanan dan minuman di saat puasa: Bahwa betapa pun sesuatu itu enak, nikmat, jika itu dilarang, atau belum masanya diijinkan, maka seseorang itu harus mampu menahan diri dari godaan nikmatnya sesuatu itu.
Maka orang boleh berpikir; Betapa ironinya jika orang yang katanya taat berpuasa, -Romadhon, Senen Kamis, Daud, dll- namun tetap saja dengan sadarnya melakukan hal semacam KKN, dan berbagai peristiwa yang berkonotasi selingkuh.
Kenapa?
Karena filosofi puasa, esensi puasa, yang ternyata belum terpahami dengan benar di dalam pikiran dan jiwanya, sehingga orang tersebut tetap saja bersyahwat menikmati hal-hal yang bukan miliknya atau hal-hal yang tidak seharusnya; korupsi, menguasai hak orang lain, ngukuhi hak saudara saudaranya, sampai pun bisa saja menguasai fasilitas institusi menjadi milik pribadi, dll.
4. Zakat
Esensi zakat yang pokok adalah memberikan kelebihan, nikmat rejeki, kepada orang lain. Dengan ukuran tertentu. Jika tak mampu, malah punya hak untuk menerima.
Korelasi zakat dengan kehidupan sehari-hari adalah memberikan kebajikan untuk orang lain yang membutuhkan. Bisa nasehat, bisa keterampilan, pengetahuan, dyl.
Kebajikan yang relevan diberikan oleh pegawai kepada institusi tempatnya mengabdi adalah ketulusan pengabdian itu sendiri. Dedikasi dan loyalitas.
Maka jika bersikap pelit untuk memberikan tenaganya, kreativitasnya, ide-idenya, sedulit jenthik uthik, kudu dhuwit, kemungkinannya adalah, dia orang yang belum paham tentang filosofi zakat yang sesungguhnya.
5. Haji
Haji adalah bersosialisasi menyeluruh, bermasyarakat secara global. Pergaulan dunia yang damai. Ibadah haji adalah wujud kesetaraan dan harmonisasi antar umat manusia.
Di ibadah haji, yang ada adalah sesama umat, kesetaraan, tidak ada kaya-miskin, tidak ada hitam-putih, tidak ada atasan dan bawahan, tak ada beda antara pria dengan wanita, yang ada adalah sesama umat Allah. Non diskriminasi.
Non diskriminasi, itulah esensi dari ibadah haji. Dan korelasi dalam kehidupan sehari-hari sebagai karyawan, pegawai, pengawas, pejabat, hendaknya menjadi pemeran yang baik, hanya yang sesuai dengan peran masing-masing.
Lakukan pekerjaan sesuai perannya, bukan karena merasa lebih rendah atau lebih tinggi derajatnya sebagai manusia. Hanya karena tugasnya maka seseorang memiliki bawahan, punya anak buah, memimpin sebuah kelompok, mengevaluasi pekerjaan, dll.
Jadi kalau orang yang pernah dan bangga beribadah haji, dan kemudian merasa memiliki derajat yang lebih tinggi dari yang lain. Barangkali, tokoh ini belum paham esensi dan filosofi dari keberadaan ibadah haji.
Rukun Terukur
Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa jika paham esensi secara duniawi dari rukun Islam, ternyata rukun Islam itu, secara terukur memberikan sendi atau dasar yang mengarahkan kita untuk menuju menjadi pemeran yang baik dalam suatu institusi/instansi.
Jelasnya para pejabat, pegawai, karyawan, pengantin dan yang lain:
Jika sudah berikrar dalam bentuk sumpah dan janji (syahadat), lakukan kewajiban secara rutin dan disiplin (shalat), hindari menikmati atau menggelapkan sesuatu yang sesungguhnya tidak/belum berhak untuk menjadi milikinya (puasa), tunjukkan dedikasi dan loyalitas terhadap institusi (zakat), berlakulah adil sesuai peran masing-masing tanpa sifat diskriminasi (haji).
.
Semoga bermanfaat
Salam
Toto Endargo
.