Mendengar dongeng Si Kancil yang mengunyah daun jati muda, sekitar tahun 1965, namun untuk membuktikannya baru terlaksana di tahun 2025.
Ternyata benar, daun jati muda, dapat menghasilkan warna merah. Begitulah!
.
Dan beginilah cerita masa kecil, tentang peristiwa yang unik antara Si Kancil, Macan, dan daun Jati muda. Menjadikan Macan kembali menjadi korban kecerdikan Si Kancil.
.
Pada suatu hari, si Kancil bertemu dengan seekor Macan. Segera, Macan menghentikan langkah Kancil dan mengancam akan memakannya.
Si Kancil, meski cemas, berpikir cepat. Ia harus mencari cara untuk menunda nasib buruknya, minimal agar tidak diterkam saat itu juga.
.
“Macan, sebaiknya kamu tidak memakan saya sekarang,” kata si Kancil. “Justru saya yang akan memakanmu, karena saya suka makan daging macan.”
Macan terkejut. “Jangan bohong, Kancil! Tidak ada kancil yang mampu mengalahkan macan, apalagi makan dagingnya!”
Si Kancil tersenyum. “Lho, kalau kamu tidak percaya, besok datanglah ke pinggir hutan. Saya akan menunggumu di sana.”
Macan merenung sejenak. “Tidak, Kancil. Saya akan memakanmu hari ini!”
“Baiklah, Macan,” kata si Kancil. “Jika memang kamu ingin makan dagingku, boleh! Tapi saya baru saja makan sayur brantawali, tentu saat ini, dagingku masih pahit. Besok saja. Besok kita bertemu di pinggir hutan, dan saya akan menunggumu di sana.”
Macan akhirnya percaya dengan kata-kata Kancil. Mereka pun berpisah dengan janji untuk bertemu keesokan harinya di pinggir hutan.
.
Benar!
Keesokan harinya, keduanya bertemu di tempat yang telah disepakati. Di tempat tersebut ada sebuah sumur tua.
Si Kancil dengan percaya diri mendekati sumur di pinggir hutan. Sumur itu cukup dalam, dengan air yang jernih, sehingga dapat memantulkan cahaya seperti cermin.
Kancil datang lebih dahulu. Kancil berjalan sambil mengunyah beberapa lembar daun jati muda. Hal itu mengakibatkan mulutnya berwarna merah, layaknya merah darah.
Ketika Macan datang dan melihat mulut Kancil, hatinya terkesiap, takut. Yang terlihat mulut si Kancil seperti berlumuran darah, hatinya pun ciut.
Si Kancil segera berkata, “Bagaimana, Macan? Apakah kamu juga bersedia menjadi santapanku hari ini?”
Macan terdiam, rasa takut benar-benar mulai menguasai pikirannya. Ia mulai merasa ragu untuk berani melawan Kancil.
Si Kancil melanjutkan, “Saya baru saja makan daging macan. Kepalanya saya buang ke dalam sumur. Lihat saja!”
Macan penasaran dan mendekat ke sumur. Ia memanjangkan lehernya hingga kepalanya berada di atas air, dan melihat sebuah kepala macan di dalamnya.
Macan terkejut dan ketakutan. Tanpa berpikir panjang, ia segera lari menjauh dari Kancil.
Menurut macan, ternyata benar bahwa Kancil telah menyantap daging macan dan kepala macan dibuangnya ke dalam sumur.
Hiih!
.
Kancil senang sekali. Macan lari menjauh ketakutan. Semoga sudah tidak berani lagi menantangnya. Sekali lagi, Kancil berhasil menipu Macan dengan kecerdikannya.
Sebenarnya, warna merah di mulut Kancil adalah getah daun jati muda, bukan darah macan. Dan kepala macan yang dilihat Macan di dalam sumur, sebenarnya adalah cerminan kepala Macan itu sendiri.
Demikianlah cerita tentang Kancil, Macan, daun jati muda, dan sumur di pinggir hutan.
Dan benar pula daun jati muda dapat menghasilkan warna merah.
.
Semoga bermanfaat.
Toto Endargo.