Bedanya Karya Ahok dengan Karya Anies di Akhir Jabatan

Sekedar membandingkan kesan pribadi, antara karya Ahok dengan karya Anies di akhir masa jabatannya sebagai Gubernur DKI.

Simpang Susun Semanggi

Ahok

Di akhir jabatannya pada tahun 2017 beliau melengkapi Simpang Semanggi dengan jembatan layang sepanjang 1,6 Km, berbentuk jalan melingkar yang kini ternyata sudah menjadi wajah ikonik kota Jakarta.

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mencanangkan pembangunan jembatan layang tersebut tahun 2016 dan selesai tahun 2017 dengan anggaran Rp360 miliar.
Sayangnya, pada bulan Mei 2017 beliau harus menghentikan aktivitasnya sebagai gubernur.

Istimewanya, seluruh pembiayaan, konon, tidak ditanggung oleh pemerintah daerah maupun oleh negara. Artinya murni dibangun tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan juga tanpa utang.

Presiden Joko Widodo meresmikannya pada tanggal 17 Agustus 2017, saat HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI dan sejak saat itu istilah Simpang Susun Semanggi mulai digunakan dan kini sekitar 50 ribu kendaraan tiap hari melewatinya.

Karya monumental yang inspiratif dari segi pembiayaan, sangat bermanfaat karena dapat dinikmati secara langsung, setiap hari, oleh siapapun yang lewat ikonik Jakarta si
Simpang Susun Semanggi.

Jakarta Internasional Stadium

Anies

Mungkin karya yang perlu diingat di akhir masa jabatan Anies Baswedan, sebagai gubernur, adalah adanya Formula E dan Jakarta Internasional Stadium, sayangnya, keduanya bersifat insidental, artinya walaupun ada namun digunakannya hanya di event dan waktu tertentu.

Formula E dan juga Jakarta Internasional Stadium keberadaannya dengan menggunakan anggaran dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat, sehingga tidak pas jika dikatakan hal yang istimewa dalam segi pembiayaan.

Yang paling menarik adalah hal Anies, di ujung jabatannya, yang justru seperti mengonfirmasi, mengakui kata orang, bahwa beliau adalah ahli dalam mengolah kata-kata.

 

Pendapat tersebut berdasarkan fakta langkah beliau yang memutuskan untuk mengganti nama jalan dan nama gedung. Istilah rumah sakit diubah menjadi rumah sehat dan Kota Tua diubah pula menjadi Batavia.

Dengan tanpa melihat segala alasan, urgensi dan akibat di balik langkah penggantian nama-nama tersebut, karena nama itu berasal dari kata-kata, maka kesan yang tersimpul adalah; Anies “hanya” mengolah kata-kata dan mengganti kata-kata yang sudah ada dengan kata-kata penggantinya.

 

Mengganti kata Rumah Sakit yang dari bahasa Belanda, Ziekenhuis menjadi Rumah Sehat, lalu mengganti nama Kota Tua dengan nama Batavia, nama yang berlaku di jaman Belanda, adalah dua hal yang seperti bertentangan.

Yang satu menghapus ke Belanda -an, yang satunya malah menggunakan nama yang awalnya dari pihak Belanda.

 

Sudah dan Sementara

Karya Ahok Simpang Susun Semanggi sudah diresmikan oleh Presiden RI, hal karya Anies, penggantian nama jalan, nama gedung, istilah rumah sehat dan nama Batavia, sementara masih diresmikan dulu oleh Gubernur DKI. Begitu!

 

Ngapunten.
Demikianlah kesimpulan dan kesan pribadi yang dapat terurai hal “prestasi” antara Ahok dan Anies di ujung masa jabatan masing-masing.
Semoga bermanfaat
Maturnuwun
***

“Pak?”
“Apa?”
“Kan ada Museum Nabi Muhammad SAW, di Ancol, belum diresmikan!”
“Iya, saya juga baca itu!
“Oh, sudah membaca, sudah tahu?’
“Kerjasama dengan Liga Dunia Islam, dibangun di Indonesia itu, setelah membangun hal yang sama di Mekkah dan di Madinah”
“Nggih! Paham. Tidak hanya ada di Ancol, nggih?”
“Iya?”
.

Toto Endargo.

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *