Beda Makna Antara Nasehat Dan Nasihat

Beda makna antara kata “nasehat” dengan kata “nasihat” dalam kehidupan di jaman globalisasi.
.

Nash

Ibu saya, mboke, mamake, dulu, ketika saya masih kecil, sering menegur: “Gyeh, angger ngomong sing ana nas-e lah, dadi kena nggo pathokan!”

Hehe, ternyata lafal ‘nas’ atau ‘nash’ diambil dari bahasa Arab. Artinya, kurang lebih: Kata atau kalimat yang dapat dijadikan dasar untuk memutuskan suatu masalah.

Semacam rumusan atau dalil dalam bentuk teks, digunakan sebagai patokan untuk mencerahkan suatu masalah.

Hem, dulu biyunge inyong, sudah kenal si nas ini, ya? Ilmu dari mana?
Hehe…
.

Banyak Bicara

Saat ini banyak dilakukan. Dimanapun, orang berbicara, di berbagai forum. Istilahnya ; seminar, ceramah, pidato, khotbah, santiaji, briefing, pencerahan, pengarahan, sambutan, amanat, dan mungkin ada istilah lain.

Intinya adalah memberikan petunjuk kepada pendengarnya, baik itu aktivitas bisnis, religi, prestasi, maupun aktivitas lain.

Memberikan saran, atau dalam bahasa Arabnya, memberikan nasiha. Yang pasti, pasti ada “nasehat” atau mungkin justru hanya “nasihat” yang bertebaran di sepanjang si pembicara berbicara.

Lho, apa beda antara nasehat dengan nasihat.
Lihat saja!
.

Nasehat

Nasehat, menurut saya, terdiri dari lafal Nash dan sehat. Makna singkatnya adalah; dalil yang sehat.

Dalil yang membuat semua orang menjadi sehat. Tapi kapan orang dapat dikatakan telah memberi nasehat?
Ya, lihat-lihat.

Jika wejangannya, kata-katanya, omongannya, membuat orang lain menjadi sehat lahir batin, dan dirinya juga sehat, di dalam pikiran dan perilakunya, maka bisa dikatakan bahwa orang tersebut sudah memberi nasehat.

Yang memberi dan yang menerima, keduanya sehat. Dalil dan sumbernya juga sehat dan benar. Dan yang paling penting adalah berangkat dari niat yang ikhlas, tulus untuk memberi nasehat demi kebaikan bersama.

Jika sebaliknya, jika jarkoni, bisa ngajar ora bisa nglakoni, bukan lagi nasehat, tapi itulah yang saya sebut sebagai; na-si-hat.
.

Nasihat

Nasihat, menurut saya, adalah dari kata nasi dan sehat. Nasi adalah simbol dari kebutuhan lahir manusia, sehat adalah metafora dari kemapanan.

Jadi kata nasihat diberikan, jika di balik wejangannya ada ketidaktulusan niat, niatnya tidak sehat.

Wejangan hanya dijadikan sebagai alat untuk kemapanan hidup dan kehidupannya. Wejangannya diutamakan untuk kesehatan pendapatannya, untuk kemapanan dirinya, bukan sebesar-besarnya untuk kebaikan bersama.

Terus bagaimana dengan para pimpinan yang seakan-akan setiap saat, saat bertemu dengan bawahannya, selalu memberikan wejangan?

Ya, kalau diri pemimpin itu, minimal, juga berusaha mengamalkannya, bolehlah disebut sebagai nasehat.

Tetapi jika wejangan itu hanya formalitas, dianggap hanya sekedar sebuah kewajiban sebagai pimpinan, ya layaklah wejangannya itu dinilai hanya sebagai nasihat.

Sepertinya lebih banyak orang yang pandai berolah kata, daripada orang yang pandai berkarya nyata. Lebih banyak orang pandai berteriak daripada orang yang pandai bertindak.

Kok, bisa ya, yang keluar hanya nasihat!

Tega, ya!

.

Beda.

Kesimpulannya, ada perbedaan antara nasehat dengan nasihat. Nasehat berkonotasi positif, nasihat berkonotasi negatif.

Dan karena lebih banyak yang melakukan nasihat dibandingkan dengan yang memberikan nasehat maka di Kamus Baku Bahasa Indonesia (KBBI) kata yang baku adalah; nasihat.

Itu menurut saya!
Oh, ngarang!
Ngawur.
.

Totalitas
“Pak Guru! Dulu, kepada para siswanya, memberikan nasehat apa nasihat?”
“Guru itu, harus totalitas saat mentransfer ilmunya!”
“Jadi?”
“Jadi, di samping ada nasehat, juga, ada nasihat
“Itu yang dimaksud totalitas, ya?”
“Iya, Kabeh de-weken, dikasihkan!”
“Hi hi, Pak Guru, madhehi!”
“Genahan, qoh!”
.

Ngapunten,
Sedang sedikit usil.
Nuwun
.

#Toto Endargo
.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *