BECIK KETITIK, ALA KETARA

Becik Ketitik, Ala Ketara

Toto Endargo

 

Dalam Bahasa Jawa ada ungkapan: “Becik ketitik, ala ketara” artinya yang baik bakal mendapat poin positip, demikian pula sebaliknya. Ungkapan ini rupanya juga sesuai dengan prinsip kesehatan. Antara yang baik dan yang buruk. Jika tubuh diberi asupan yang baik maka akan berakibat positif, tubuh menjadi sehat. Jika diberi asupan yang tidak baik maka akan kelihatan, berakibat buruk bagi kesehatan, menjadi sakit atau berpenyakit.

 

Lalu apa yang dapat kita simak dalam hal kesehatan masyarakat?
Rumah sakit!
Berapa jumlahnya dan berapa banyak pasiennya. Sepertinya kini gelombang penyakit sudah menjadi gelombang yang menggulung dan membinasakan. Angka penderita dan angka kematian yang tadinya kecil kini membengkak tiba-tiba. Penderita penyakit degeneratif tidak lagi didominasi oleh usia lanjut. Dokter dan perawat semakin terbiasa dengan suara orang kesakitan dan isak tangis kematian. Penyakit yang dahulu terdengar langka, kini menjadi jamak terdengar. Diabetes, kanker, jantung, stroke, mati mendadak, kini sangat biasa terdengar.
Problem kesehatan  yang muncul atau jumlah orang sakit adalah dampak dari masalah yang sesungguhnya, yaitu terganggunya (disorder) sampai berhentinya (damage) fungsi dari organ-organ tubuh. Organ tubuh yang mestinya bekerja secara padu dan harmonis dalam satu sistem untuk menjaga kesehatan tubuh manusia mengalami gangguan atau bahkan terhenti.
Mengapa?
Tubuh manusia adalah mesin paling cerdas cerdas sempurna ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang seharusnya secara kolaboratif mampu memulihkan dirinya sendiri manakala terjadi masalah. Lalu mengapa menjadi kehilangan kemampuan untuk melakukan reparasi terhadap dirinya sendiri ketika terjadi kerusakan?
Ya, akibat salah asupan! Salah makanan!
Makanan adalah sumber utama agar sel dan segala macam organ serta sistem dalam tubuh manusia dapat berkembang. Perilaku makan yang tidak sehat menyumbang sekitar 80% dari sebab sakit dan penyakit. Pola hidup yang tidak aktif, dengan frekuensi olahraga rendah, memberikan tambahan sebab sakit sebesar 20%. (Buku Body Revolution).
Pola makan dewasa ini didominasi oleh sumber karbohidrat berindeks glikemik tinggi. Pola makan tinggi karbohidrat, telah secara masif dianut oleh penduduk Indonesia dari ujung barat Pulau Sumatera hingga ujung timur Pulau Papua. Pola makan ini secara keseluruhan menjadi sebab mendasar permasalahan kesehatan dan kemampuan organ-organ tubuh dalam mengelola tubuh.
Selain itu tak kalah pentingnya adalah pola mikir (mindset). Keliru dalam memandang apa yang menjadi kebutuhan tubuh. Bahwa tubuh butuh makanan sehat bukan sekedar makanan yang enak dan praktis. Kekeliruan dalam pola mikir inilah yang menghasilkan bencana dalam bentuk kerusakan berbagai organ tubuh dari tingkat ringan sampai tingkat parah, seperti stroke, diabetes dan berbagai kanker. Mikir, mikir! Bahwa tubuh butuh makanan sehat bukan sekedar makanan enak.
Seperti pepatah Jawa yang pengejawantahannya sangat luas: becik ketitik, ala ketara.
Bagi mereka yang memiliki pola makan, pola hidup dan pola mikir yang benar (becik) maka hidup dapat dilampaui dalam keadaan sehat wal afiat. Sebaliknya, bagi mereka yang berpola makan, pola hidup dan pola mikir yang keliru atau buruk (ala) akan terlihat jelas (ketara) dari kondisi riwayat kesehatan yang banyak mengalami gangguan.
Makanlah untuk kesehatan dan bukan untuk kesenangan belaka.
Jadikan makanan sebagai obat.
Blater, 13 Oktober 2019
===

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *