“Kang jumeneng patih ingkang putra Kiyai Wiraguna, ingkang ibu Kiyai Wiraguna asal saking Onje, nunten dipun-prentah tiyang dhusun dhateng Kiyai Wiraguna” —–
(Kutipan dari kitab: Punika Serat Sejarah Babad Onje, Halaman 108)
Sebelumnya: Balada Wiraguna #5
Begitulah awal dan akhir putra dari Nyai Tindhik, gadis desa Onje yang bergelar Kiyai Tumenggung Wiraguna, yang dapat menjadi kebanggaan masyarakat Onje bahwa salah satu keturunannya telah menjadi bangsawan terkenal di Kasultanan Mataram.
Wiraguna adalah tokoh sejarah yang patut dihormati, saksi dan pendukung kejayaan Mataram dalam kekuasaan Sultan Agung. Namun Wiraguna juga saksi atas kemunduran Mataram akibat perebutan kekuasaan di antara keluarga kerajaan.
Wiraguna adalah panglima perang yang tangguh, tanggon, berani, cerdas dan selalu setia kepada raja dan tanah leluhurnya. Pantas disebut sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan Indonesia, karena telah berjuang mengusir penjajah yang kala itu dalam wujud sebagai VOC.
Biodata Wiraguna
- Ayah Ki Lurah Wiratjati dari Kasultanan Pajang yang setia mendampingi Panembahan Senopati di Kasultanan Mataram.
- Ibu Nyai Tindhik dari Kadipaten Onje, yang lahir sekitar tahun 1572, di usia 8 tahun diboyong ke Kasultanan Pajang. Menikah tahun 1587 dengan Ki Lurah Wiratjati.
- Kiyai Tumenggung Wiraguna, lahir di pajang sekitar tahun 1590. Nama kecil Ki Gunajati.
Riwayat keprajuritan:
- Bersama Panembahan Senopati
- Tahun 1601, Gunajati berusia 1 – 11 tahun diasuh dan dilatih untuk berusaha magang menjadi prajurit Mataram.
- Bersama Sunan Anyakrawati (1601 – 1613)
- Saat berusia 17 – 23 tahun resmi menjadi prajurit Mataram dibawah kekuasaan Mas Jolang atau Sunan Anyakrawati, mendapat gelar Ki Panji Gunajati dan sempat pula menjadi lurah prajurit, Ki Lurah Gunajati.
- Bersama Sultan Agung (1613 – 1645)
- Saat berusia 25 tahun (1615), Ki Lurah Gunajati menikah dengan gadis yang bernama Rara Printen. Oleh Sultan Agung diberi nama khusus sebagai Ki Lurah Wiraguna. Istrinya bernama Rara Printen atau ada yang menyebutnya sebagai Nyai Laksmi Pujiwati.
- Pada saat Adipati Pragola II, tahun 1627, memberontak, Ki Lurah Wiraguna berperan penting dalam mengatasi serangan prajurit Kadipaten Pati dan oleh Sultan Agung, Ki Lurah Wiraguna secara luar biasa dinaikkan jabatannya, sebagai tumenggung, dengan gelar Kiyai Tumenggung Wiraguna.
- Saat berusia 38 tahun, memimpin pasukan Mataram mengepung Batavia dua kali, tahun 1628 dan 1629. Jejak tempat untuk mengatur serangan kini dikenal dengan nama Ragunan. Dan dianggap sebabagi penyebab tewasnya Gubernur Jendral VOC, Jan Pieterzoon Coen.
- Pada tahun 1630, Kiyai Tumenggung Wiraguna diberi hadiah seorang putri cantik hasil boyongan dari Kadipaten Pati, bernama Rara Mendhut, untuk dijadikan istri-selirnya. Namun Rara Mendhut memilih tewas bersama kekasihnya, yang bernama Pranacitra.
- Tahun 1640 oleh Sultan Agung, jabatan-jabatan penting Kasultanan Mataram dipercayakan kepada Ki Tumenggung Wiraguna, antara lain:
Diangkat sebagai panglima perang, hakim tertinggi dan penasehat utama Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusuma. Memprakarsai pembangunan Makam Imogiri.
- Dan pada tahun 1644 dalam usia 54 tahun Ki Tumenggung Wiraguna diserahi jabatan sebagai Patih Mataram, bertugas mengelola kasultanan Mataram dan mewakili Sultan Agung yang sedang sakit.
- Bersama Sultan Amangkurat I
- Tahun 1646, sesuai titah Amangkurat I, agar Kiyai Tumenggung Wiraguna menuju kematiannya, maka ditetapkan menjadi Senapati Perang Kasultanan Mataram untuk menaklukkan Kerajaan Blambangan. Peperangan sengit itupun menjadikan Ki Tumenggung Wiraguna kelelahan dan sakit cukup parah.
- Tahun 1647, dalam perjalanan pulang, Kiyai Tumenggung Wiraguna (57 tahun) wafat. Kemudian atas kekejian Amangkurat I, segera dihabisi pula seluruh keluarga Kiyai Tumenggung Wiraguna yang jumlahnya 12 orang dengan cara dibunuh. Biadab!
Hikk!
Demikianlah Balada Kiyai Tumenggung Wiraguna, dari kelahirannya sampai wafatnya. Sebuah kisah pilu dari seorang yang sangat berjasa bagi berdirinya Kerajaan Mataram, namun wafat bersama keluarganya, karena kekejian Amangkurat I, salah satu penguasa Mataram yang kejam.
Desa Onje, sebuah desa tua di Kecamatan Mrebet, Purbalingga, ternyata memiliki kisah unik yang tidak saja bersifat lokal, namun mampu meluas tak terbatas, hingga ada tedhak-turunnya yang mampu menjadi tokoh penting, yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan Kerajaan Mataram di jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo.
.
Mulai dari: Balada Wiraguna #1
Semoga bermanfaat.
Toto Endargo
.