Bahasa Banyumasan, Dhimin, dan Dhingin, Dapat Memunculkan Majas Pleonasme

Dhimin dan dhingin sebenarnya memiliki makna yang sama yaitu “lebih dahulu” atau “lebih awal”. Menjadi majas pleonasme yang sedikit menggelikan, di saat kosa kata ini, sebagian diterjemahkan sebagai Bahasa Indonesia.

Dekurangi dhimin!” perintah Si A.
De-kurangi, ya, de- min! Kepriwe sie?” jawaban Si B, dengan nada menegur.
.
Contoh di atas adalah perintah dan teguran antara dua orang yang sedang belajar matematika. Si B merasa bahwa si A telah menggunakan majas pleonasme, artinya sebutan yang sudah diucapkan, diulangi lagi dengan sebutan yang berbeda, sehingga terasa menjadi berlebihan.

Bahwa dalam matematika, kata “kurang” identik dengan kata “min”. Jadi ketika mengatakan dhe – kurang-i dhi -min, seperti mengulang kata “kurang” dengan kata “min”. Padahal maksud dari kata tersebut adalah “dikurangi lebih dahulu”.
===

Kon adhem dhingin!”
“Adhem ya dhingin! Kepriwe sie?”

Teguran tersebut biasanya dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya yang tergesa-gesa meminum, minuman yang masih panas, tanpa ditiup terlebih dahulu. Orang tua akan mengatakan; “Kon, adhem dhingin!”.

Terjadi majas pleonasme dari kata “adhem” dan “dhingin”. Maksud dari kalimat tersebut sesungguhnya adalah perintah agar minuman panas tersebut, sebaiknya ditunggu, sampai menjadi lebih dingin dahulu, baru diminum.
“Supaya dingin dahulu”.
===

Begitulah dua kata yang dapat memunculkan peristiwa pleonasme. Terjadi di saat kosa kata Bahasa Banyumas, sebagian justru diterjemahkan sebagai Bahasa Indonesia..

Minimal ada empat kata yang bermakna “lebih awal” atau “lebih dahulu” ini, yaitu kata: dhingin, dhimin, dhisit dan juga dhipit.
.
Semoga bermanfaat
Salam
.
Toto Endargo
.
.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *