Awal dan Akhir Keberadaan Kadipaten Onje Menurut Buku “Punika Serat Sejarah Onje”,

Ini adalah cerita tentang awal dan akhir keberadaan Kadipaten Onje, menurut buku “Punika Serat Sejarah Onje”. Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga.

 

Awal Kadipaten Onje

Di lembar awal buku tersebut menyebutkan tentang seorang sultan di Pajang.
Tertulis demikian:

Punika serat Sejarah Badad Onje. Ingkang mertapa ing Onje nama Kyai Tepus Rumput. Sampuning tapa lajeng suwita dhateng Kanjeng Sultan Pajang.

== Ini kitab Sejarah Babad Onje. Yang bertapa di Onje bernama Kiyai Tepus Rumput. Setelah bertapa lalu mengabdikan diri kepada Kanjeng Sultan Pajang.

Sebenarnya ada tiga sultan di Kasultanan Pajang, yaitu:
Jaka Tingkir atau Hadiwijaya (1568 – 1583)
Arya Pangiri atau Awantipura (1583 – 1586)
Pangeran Benawa atau Prabuwijaya (1586 – 1587)

Namun dari kata Kanjeng Sultan Pajang tersebut di atas, secara umum menerjemahkannya sebagai Sultan Hadiwijaya, pendiri dan raja pertama Kasultanan Pajang.

Sultan Hadiwijaya memerintah pada tahun 1568 – 1583. Namun tertulis, beliau wafat pada tahun 1582.

Artinya kisah ini berkaitan dengan Sultan Hadiwijaya.

 

Putra Kandung Hadiwijaya

Tertulis demikian:
“Dhawuhe Kanjeng Sultan, ”Ingsun ora wani-wani, sapa kang anemokaken, manira paringi bojoningsun bocah desa asal Menoreh, Putrane Kyai Dipati Menoreh, iya rawatana, ananging iya wus meteng, olih kapat tengah, iya iku, poma-poma aja kowe tumpangi”.

== Perintah Kanjeng Sultan, “Saya tidak berani ingkar janji, barang siapa yang menemukan cincin, akan kuberikan istriku, anak yang berasal dari desa Menoreh, putri Kiyai Dipati  Menoreh. Rawatlah, tetapi ia sudah mengandung empat setengah bulan, pesanku sungguh-sungguh, jangan kau campuri”

Bahwa anak yang dikandung oleh Putri Menoreh adalah putra kandung Sultan Hadiwijaya, penguasa Kasultanan Pajang.

Tertulis demikian:

“Nunten angandika Kanjeng Sultan, ”Iya sira reksanen bocah iku dibecik, besuk menawi wus kelar angebat watang, iki gawanen melebu”.

==Kemudian bersabdalah Kanjeng Sultan, “Ya engkaulah yang merawat anak itu baik-baik, kelak jika anak itu sudah mampu melemparkan tombak, bawalah ia kemari.”

Bahwa ketika anak sudah mampu melempar tombak dengan baik (usianya sekitar 10 tahun), Ki Tepus Rumput membawa anak tersebut untuk dihadirkan ke Keraton Pajang.

 

Adipati Anyakrapati

Tertulis demikian:

“Sareng sampun dugi ing mangsa, nunten kasaosaken melebu. Pangandikane Kanjeng Sultan, ”Ingsun derma bae, iya sira kang anduweni anak. Iki dadi wewinih ana ing desa, lan manira paringi bumi karya wolungatus tigang lawe, sarta katandha upacaraning bupati, lan keparingan nama Kiyai Dipati Anyakrapati ing Onje, lan manira gawani sentana kamisepuh pitung somah dadia emban-embane aning desa Onje”.

==Setelah sampai pada waktunya kemudian dipersembahkan masuk ke Keraton Pajang. Kanjeng Sultan berkata, “Saya hadiahkan saja, ya, kaulah yang mempunyai anak, dan anak ini menjadi ‘benih-benih’ di desa Onje. Dan kuberi tanah garapan untuk dikerjakan seluas 875, dengan ditandai upacara bupati, dan kuberikan gelar Kyai Adipati Anyakrapati di Onje, saya sertakan pula para pengikut, kaum yang dituakan, sebanyak tujuh keluarga supaya menjadi pembantu di desa Onje.

Dari rangkaian isi babad tersebut setidaknya ada tiga hal yang penting yaitu:

(1) bahwa anak yang dikandung Putri menoreh adalah putra kandung Sultan Hadiwijaya,

(2) memberi gelar Adipati Anyakrapati dan memberi jabatan sebagai penguasa Kadipaten Onje kepada anaknya yang baru berumur sekitar 10 tahun.

(3) setidaknya nama Kadipaten Onje terungkap, ada bersamaan dengan saat Sultan Hadiwijaya memberi gelar tersebut.

 

Berdirinya Kadipaten Onje

Dengan demikian, Kadipaten Onje dapat dikatakan, ditentukan secara resmi, berdiri, ketika Adipati Anyakrapati berumur 10 tahun, saat sudah mampu melempar tombak dan ketika hadir di Keraton Pajang.

Anggaplah bahwa setelah mengangkat anaknya menjadi adipati di Onje, dua tahun kemudian Kanjeng Sultan Hadiwijaya wafat, tahun 1582.

Dengan demikian berdirinya Kadipaten Onje sekitar tahun 1580.

Dan lahirnya Adipati Anyakrapati tahun 1570. Hitungan ini diambil dari tahun wafatnya Hadiwijaya (1582) dikurangi usia Anyakrapati (10).

=======

Akhir Kadipaten Onje

Tertulis demikian:
“Lan sasurude kanjeng Suhunan sumare ing ing Tegal Wangi, ketampen dhateng ingkang putra kang jumeneng Suhunan Emas seda ing Selong, ingkang madeg nata Kanjeng Suhunan Paku Buwana, ingkang punika silep Kabupaten ing Onje, ingkang gumatos Kiyai Ngabei Dhenok ing Pamerden”.

=== Dan setelah Kanjeng Suhunan (Sunan Amangkurat II) wafat dimakamkan di Tegal Wangi, digantikan oleh putranya yang bertahta, gelarnya Suhunan Emas (Sunan Amangkurat III) yang wafat di Selong (Ceylon, Sailan, Sri Lanka), yang berkuasa menjadi raja kemudian adalah Kanjeng Suhunan Paku Buwana (Pangeran Puger). Kemudian di saat itu, tenggelamlah Kadipaten Onje, dan yang menggantikannya adalah Kiyai Ngabei Dhenok di Pamerden.

Dalam teks tersebut, ada sedikit cerita tentang pergantian penguasa di Mataram. Dari Amangkurat II ke Amangkurat III dan kemudian ke Sunan Pakubuwono.

Yang pada akhirnya menerangkan bahwa tenggelamnya atau surutnya Kadipaten Onje, adalah saat Kerajaan Mataram diperintah oleh Pangeran Puger yang bergelar Susuhunan Pakubuwono (I)

Pakubuwono I, memerintah pada tahun 1704 – 1719.

Mengambil tahun akhir kekuasaan Sunan Pakubuwono I sebagai tahun akhir surutnya Kadipaten Onje yaitu tahun 1719.

Awal Akhir Kadipaten Onje

Jadi Kadipaten Onje berdiri sekitar tahun 1580. Yaitu saat putra kandung Sultan Hadiwijaya dari Putri Menoreh, sowan atau hadir di Keraton Pajang untuk mendapatkan gelar Adipati Anyakrapati dan dinobatkan sebagai adipati di Kadipaten Onje.

Kadipaten Onje surut, berakhir tahun 1719, yaitu saat Pangeran Puger berakhir menjadi raja di Kerajaan Mataram, dengan gelar Susuhunan Pakubuwono (I).

===

Penguasa Kadipaten Onje

Puncak kejayaan Kadipaten Onje hanya saat Adipati Anyakrapati berkuasa.

Adapun nama penguasa Kadipaten Onje adalah sebagai berikut:
1. Ki Tepus Rumput, gelar Ki Ageng Ore-ore
2. Kanjeng Adipati Anyakrapati
3. Embah Antinegari
4. Embah Jawangsa ,
5. Embah Ngabdullah
6. Embah Sutarudin
7. Kiyai Samirudin.
8. Kiyai Nur Muhammad,
9. Kiyai Wiryabetsari
10. Kiyai Yudantaka.

.

Demikianlah sepintas yang dapat tersampaikan dari yang tersurat dan tersirat dalam bentuk teks pada Buku “Punika Serat Sejarah Onje”

.
Kadipaten Onje berdiri sekitar tahun 1580 dan berakhir tahun 1719.

.

Semoga bermanfaat
Toto Endargo
.

Baca juga: Onje

.
.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *