Asal usul nama Kuta Baru di Desa Bojongsari, Purbalingga.

Kuta Baru, di desa Bojongsari, Purbalingga, adalah nama sebuah wilayah yang unik, di sekitar Prapatan Petemon, Bojongsari, Purbalingga.

Begini ceritanya:

 

Tho A Tjan

Sekitar tahun 1820 – an ada orang dari provinsi Guangxi, namanya Tho A Tjan, datang ke wilayah Kabupaten Purbalingga.

Guangxi, sekarang, adalah daerah otonom di Republik Rakyat Tiongkok, terletak di Tiongkok Selatan, berbatasan dengan Vietnam dan Teluk Tonkin. Ibukota Guangxi di Nanning.

Tho A Tjan mungkin Tionghoa pertama yang bermukim di wilayah Purbalingga. Tho A Tjan datang sebagai pedagang, salah satu yang dijualnya adalah candu, opium.

Tempat yang pernah disinggahi oleh Tho A Tjan untuk berdagang antara lain, wilayah Bayeman atau Jlegong, Karangreja. Lalu di wilayah sekitar Bojongsari.

 

Ikut Berperang

Saat geger Perang Bithing, sekitar tahun 1830, Tho A Tjan, atau sering disebut sebagai Baru Tho A Tjan, ikut membantu pasukan Kabupaten Purbalingga.

Seperti kita ketahui, bahwa Perang Bithing adalah pertempuran antara pasukan Diponegoro yang ingin membedah kota Purbalingga, karena saat itu Purbalingga masih bersahabat erat dengan pihak Belanda.

Pasukan Diponegoro dipimpin oleh Tumenggung Tambakbaya dan didukung oleh Raden Brajasura dan seorang pangeran dari Banten, bernama Tubagus Buwang.

Pasukan Purbalingga dipimpin oleh adik Bupati Purbalingga, Raden Tarunakusuma, mendapat dukungan dari para pejabat dan para lurah. Dan mendapat dukungan pula dari orang-orang Tionghoa, yaitu Baru Tho A Tjan, dan teman temannya; Baru Loa, Moa, Yang Bun, Sing Kong, dan Baru Mo Peng.

 

Menang Perang

Terjadilah pertempuran yang ramai di sekitar Gembrungan, Selakambang, Kaligondang. Dan dalam pertempuran tersebut, Baru Tho A Tian berhasil membunuh Tubagus Buwang.

Jenazah Tubagus Buwang, seorang pangeran dari Banten itu, kemudian dimakamkan di batas Desa Cilapar dan Selanegara, maka di sekitar tempat itu ada wilayah yang diberi nama Gerumbul Bantenan.

Pasukan Tumenggung Tambakbaya dapat dikalahkan. Menyingkir dan lari ke wilayah sekitar Somagede, Banyumas.

 

Menerima Hadiah

Kemudian para pemimpin pasukan yang berjasa dalam Perang Bithing itu, memperoleh penghargaan dan hadiah dari Bupati Purbalingga, saat itu, Raden Tumenggung Bratasudira.

Atas jasanya, Baru Tho A Tjan dan teman temannya, diberi hadiah tanah di sekitar mata air Sungai Kemusuk. Salah satu tempat tersebut kemudian dikenal dengan nama Kuta Baru.

Arti Kuta Baru disini adalah, kota atau wilayah yang baru diberikan kepada orang orang baru, yaitu orang Tionghoa yang masih belum lama berada di Purbalingga, Tionghoa yang lidahnya masih cedhal dalam berbahasa, Tionghoa totok.

 

Kolam Pemandian

Keberadaan Kuta Baru menjadikan beberapa orang Belanda tertarik kepada wilayah di sekitar Kuta Baru. Dan ketika menemukan mata air yang bagus, Tuk Cikupel, Cipawon dan Cidandang, ingin membangun sebuah kolam pemandian. Ketiga mata air tersebut menjadi sumber awal Sungai Kemusuk.

Pada sekitar tahun 1946, keturunan orang Belanda tersebut, baru terlaksana, dapat membangun sebuah kolam pemandian, di tempat tersebut, dan kemudian dikenal dengan nama Pemandian Bojongsari, kini menjelma menjadi Owabong.

 

Bong Sawangan

Barangkali dengan keberadaan Kuta Baru itu, maka di sekitar Sungai Kemusuk, di Desa Banjaran kita dapat menemukan Kuburan Cina Desa Banjaran, Bojongsari dan juga Bong Cina Sawangan.

Jadi tempat-tempat yang ada di sekitar Sungai Kemusuk, yang kemungkinan ada hubungannya dengan adanya pemberian hadiah tanah untuk Baru Tho A Tjan antara lain; Kuta Baru, Pemandian Bojongsari dan Bong Cina di Sawangan, Banjaran, Bojongsari.

Demikianlah sedikit cerita tentang asal muasal nama Kuta Baru yang ada di Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga.
===

Ngapunten
Semoga bermanfaat
Nuwun

.

Toto Endargo

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *