Pulau Kalimantan. Guru saya, di kelas lima SD, Pak Kawangid, juga menyebutnya sebagai Pulau Borneo. Waktu itu, kata Borneo, terasa asing di telinga saya. Mengapa disebut Borneo?
.
Benua Kecil
Pulau Kalimantan adalah benua kecil, adiknya Australia. Daratan yang menurut saya, mirip bayangan wayang Semar ini, persis berada di bawah khatulistiwa. Luasnya sekitar 750.000 km2, seluas negara Chili; 20 kali luas negeri Belanda; atau lima setengah kali pulau Jawa – Madura. Konon Inggris Skotlandia dan Wales bersama-sama, belum setengahnya luas Kalimantan. Negara Florida di Amerika, juga belum sepertiganya. Bener mbok, amba banget, pantes angger dearani benua cilik.
Borneo
Brunei adalah nama tumbuhan buah. Namun kemudian menjadi nama kerajaan yaitu Kerajaan Brunei, sekarang menjadi Brunei Darussalam. Nama lain dari buah Brunei, adalah Wuni, Buni, atau Huni (Antidesma bunius). Nama buah itulah yang terbawa menjadi nama kerajaan di pantai utara pulau, yaitu Kerajaan Brunei. Dahulu kala kata Brunei, menjadi nama kerajaan dan juga nama pulaunya. Pulau Brunei. Namun orang orang Eropa, saat menyebut kata Brunei bergeser menjadi Borneo. Maka wajarlah kata Borneo menjadi lebih dikenal dibandingkan kata Brunei, untuk menyebut nama pulau dimaksud. Dengan demikian nama Brunei dengan nama Borneo, sesungguhnya sama, asalnya sama.
.
Kalimantan
Konon ada sejenis pohon mangga, namanya Pohon Klimantan. Kata Klimantan, menjadi nama sebuah pohon, konon, karena pohon ini mampu tumbuh dan berbuah di saat musim panas, musim terik yang membakar. Konon pula, kata Klimantan, berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “kala manthana”. Kala = musim dan manthana = membakar. Ternyata seiring dengan waktu, dalam pergaulan, kata Kalimantan lebih populer dibanding kata Klimantan, atau kata Borneo. Maka jadilah, kembali lagi, nama pulau ini diambil dari nama tumbuhan, dan ngetop dengan nama Kalimantan.
.
Begitulah kurang lebih kenangan saya mendengar cerita guru dan dahulu pula, sedikit membaca buku kuno berjudul Tanah Air.
Semoga bermanfaat
.
“Pak!”
“Apa!”
“Kali Klawing, paling amba se Purbalingga. Kali napa, sing paling amba sedunya?”
“Mbuhlah! Badhean ora mutu!”
“Kalimantan, Pak!”
“Iya. Wis ngerti sembarang gemiyen!”
“Hehe, guyon, nggih Pak!”
“Wis ngerti!”
“Kali napa, sing mboten ketingal?”
“Kaling-kalingan!”
“Nggih. Jebul priksa, nggih Pak?”
“Ya, ngerti. Wong inyong sing ngarang!”
“Hehe, crita malih, nggih Pak!”
“Mbuh!”
.
Ngapunten
Lagi kepengin crita
Nuwun
.